Lepasnya Timor Timur jelas merupakan peristiwa pahit bagi pasukan yang pernah bertempur matian-matian sedikitnya selama ima tahun.
Sebanyak 2.292 pasukan TNI dari berbagai satuan telah gugur,ratusan prajurit hilang, ribuan lainnya terluka dan cacat.
Tatang sendiri mengakui bahwa lepasnya Timor Timur selain membuat dirinya kecewa juga mengakibatkan semua perjuangannya dengan para rekan yang telah gugur seperti sia-sia.
Tapi itulah perang, pasukan TNI boleh saja menang secara militer tapi akhirnya harus menerima kekalahan secara politik.
Pak Tatang sendiri merasa terpukul atas lepasnya Timor Timur sehingga sejumlah tanda penghargaan dan sertfikat sebagai veteran Perang Timor Timur yang jika diurus bisa menambah jumlah uang pensiun ternyata tidak pernah digubrisnya.
Sikap Pak Tatang yang cenderung mengabaikan serfikat veteran Perang Timor-Timur itu ternyata dibawanya hingga dijemput ajal.
Pak Tatang wafat pada 3 Maret 2015 akibat serangan jantung. Para rekan seperjuangannya yang melayat semua terkejut atas sikap Pak Tatang yang tidak mau mengurus sertifikat veteran Perang Timor-Timur mengingat pemerintah memberikan tunjangan veteran sekitar dua juta rupiah tiap bulannya.
Kepada penulis Pak Tatang memang selalu menekankan bahwa perjuangannya dalam perang di Timor Timur adalah demi tegaknya NKRI dan bukan untuk mencari pangkat dan penghargaan.
‘’Kebetulan tugas saya adalah sebagai seorang sniper yang telah dilatih oleh negara, ya, saya harus bertempur seperti seorang sniper profesional. Bertempur dengan cara menyusup di garis belakang musuh, di jantung lawan untuk membuat kekacauan,’’ tegas Pak Tatang,
‘’Pengalaman tempur sebagai seorang sniper ini harus saya tularkan ke prajurit sniper TNI berikutnya sehingga akan bermanfaat dalam pertempuran. Selamat dalam peperangan, bisa pulang dan bercerita mengenai kisah tempurnya ’’ tambahnya.
Pak Tatang memang telah hampir tiga tahun meninggal dan dimakamkan di pemakaman umum dekat rumahnya karena ingin selalu dekat dengan keluarganya meskipun telah meninggal.
(Agustinus Winardi, penulis buku Satu Peluru Satu Musuh Jatuh Tatang Koswara Sniper TNI kelas Dunia diterbitkan Penerbit Buku Kompas 2015)