Siasat ini pun sukses mengecoh pasukan Singasari yang dipimpin oleh Wijaya dan Ardjaja.
Pasukan Singasari yang terlanjur memusatkan kekuatan di arah utara terkejut mendapat serangan besar dari selatan.
Umbul-umbul dan bendera merah putih pasukan Kediri menyerang besar-besaran dari selatan.
Rupanya Kartanegara sebagai raja Singasari meremehkan perlawanan Jayakatwang.
Dalam suatu prasasti perunggu Gunung Batak yang ditemukan di dekat Surabaya diantaranya menyebutkan:
“ ...demikian keadaannya ketika tentara Sri Maharaja (Raden Wijaya) bergerak terus sampai Rabut Carat, tak lama kemudian datanglah musuh dari arah barat. Ketika itu juga Sri Maharaja bertempur dengan segala balatentaranya dan musuh pun tunggang langgang mengalami kekalahan besar."
"Tetapi dalam keadaan demikian, di sebelah timur Hanyiru nampak panji-panji musuh berkibar-kibar, warnanya merah dan putih. Melihat itu Sang Ardaraja meninggalkan pertempuran, berlaku hina lari menuju ke Kapundungan ....”
Sejauh ini memang tidak ada sejarah pasti mengenai mera-putih, namun kedua warna tersebut masih digunakan hingga berabad-abad setelahnya.
Prof. Muhammad Yamin dalam 6.000 Tahun Sang Merah Putih menulis antara lain seperti ini:
“Bendera merah putih dalam Kerajaan Mataram dikenal sebagai Gula Kelapa, konon bendera Gula Kelapa itu diartikan gula sama dengan merah, kelapa sama dengan warna putih.”
Pangeran Diponegoro