"Saya jadi proaktif, suaranya juga jadi keras, kalau memegang tongkat itu," katanya terus terang.
Amanat sang ayahlah yang akhirnya membuat Gempar kemudian turut aktif berpolitik.
Semua diawalinya dari langkah kecil hingga akhirnya menjabat Wakil Ketua Umum Partai Barisan Nasional (Barnas). Dalam Pemilu 2009 lalu, Barnas hanya menempati urutan 16 besar.
Gempar yang calon legislator di urutan 1 daerah pemilihan Jawa Timur VIII juga gagal jadi anggota DPR.
Meski banyak orang menyebutnya sebagai satrio piningit, suatu mitos calon pemimpin masa depan dalam ramalan Jayabaya, tapi Gempar mengaku setidaknya saat ini belum berambisi menjadi presiden.
Ketika Pemilu 2004, sikapnya sempat disalahartikan para wartawan, hingga ditulis di media siap menjadi calon presiden.
Fotonya juga dijejerkar dengan anak-anak Soekarno lain yang mencalonkan diri.
"Waktu itu saya ditanya wartawan, saya jawab, 'Insya Allah'," katanya menjelaskan peristiwa yang sempat membuat dirinya merasa tidak enak itu.
Padahal berniat saja belum. Syukurlah hubungannya dengan kakak-kakaknya tidak terganggu. Setiap lebaran, ia sempatkan bersilaturahmi ke rumah mereka.
Tentang mitos satrio piningit, Gempar mencoba menyikapinya secara lebih bijaksana.
Satrio piningit menurutnya adalah bentuk kepemimpinan yang mampu mendatangkan pembaruan dan kemakmuran kepada rakyat. Bisa saja mulai dari Hayam Wuruk, Amangkurat I, Soekarno, termasuk Soeharto.
"Kalau saya disebut begitu, 'amin' sajalah. 'Kan tidak rugi disebut satrio piningit." Gempar menjawab santai.