Tapi dari penelitian tersebut, meski FaceApp tetap aktif walau tidak digunakan, lalu lintas data secara keseluruhan yang terlihat pada ponsel hanya sekitar 43 MB dalam waktu satu jam.
Jumlah data yang dikeluarkan ini terbilang wajar, karena bukan hanya aplikasi FaceApp yang bekerja pada background, ada pula Gmail, Twitter, Facebook, dll.
Dua peneliti lainnya juga menyatakan hal serupa.
Jumlah lalu lintas data yang dihasilkan tidak menunjukkan adanya aktivitas mencurigakan.
Will Strafach, seorang peneliti sekaligus CEO dari Guardian Firewall juga mengatakan bahwa telah melakukan pengujian pada aplikasi FaceApp.
Ia pun menilai sah-sah saja jika para pengguna menaruh kecurigaan dan waspada pada aplikasi ini.
Senada dengan Will, peneliti keamanan asal Prancis, Baptiste Robert juga mengatakan bahwa pengguna boleh curiga tetapi jangan menuduh tanpa bukti.
"Orang-orang ketakutan karena di balik perusahaan FaceApp adalah orang Rusia. Yang ingin saya katakan adalah, boleh-boleh saja curiga, tetapi jangan menuduh tanpa bukti. Di sini kami tidak memiliki bukti teknis untuk berteriak tentang adanya skandal," katanya.
Pihak FaceApp sendiri mengklaim bahwa foto milik pengguna yang telah diedit disimpan di dalam server yang dijalankan oleh Amazon dan Google.
Meski demikian, tak menutup kemungkinan jika kemudian FaceApp menyalahgunakan foto pengguna untuk berbagai kepentingan.
Pasalnya pada halaman persetujuan pun pengguna telah diberi tahu, bahwa foto yang diunggah akan menjadi milik FaceApp dengan lisensi yang abadi.