Sementara di Gunung Semeru, Jawa Timur, awan serupa juga sempat mengebohkan masyarakat pada tahun 2018 lalu.
Dikutip dari Kompas.com, menurut Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala, awan tersebut juga merupakan awan Altocumulus Lenticularis.
Gunung Semeru pada saat itu bak memiliki topi atau payung di puncaknya.
Fenomena itu bahkan juga dibagikan oleh mendiang Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho pada Senin (10/11/2018) melalui akun twiternya, @Sutopo_PN.
Awan Altocumulus Lenticularis si cantik yang membahayakan bagi penerbangan
Mengutip penjelasan Agie Wandala dari Kompas.com, awan lenticular terbentuk saat udara bergerak melewati pegununungan, sehingga mendapat pendinginan yang cukup untuk terjadi kondensasi.
Awan lentikular memiliki karakteristik yang spesial karena posisinya tidak bergerak layaknya awan jenis lainnya dan berbentuk padat.
Awan jenis ini dapat berada pada lokasi yang sama dalam periode yang lama karena dukungan udara yang naik di atas pegunungan secara berkelanjutan, yang selanjutnya terkondensasi dan menghasilkan awan.
Bentuknya sendiri seringkali berbentuk menyerupai lensa atau lingkaran pipih seperti payung.