Setelah melihat langsung kondisi di lapangan, kata Bambang Brodjonegoro, apa yang dipersoalkan sejumlah pihak tersebut tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
Berdasarkan pengamatannya, kurang tepat bila Bukit Soeharto dikatakan merupakan hutan lindung.
Baca Juga: Setelah Dihadiahi Jet Pribadi, Anak Sandra Dewi Dibelikan Mobil-mobilan Berharga Puluhan Juta
Karena fakta di lapangan, di Bukit Soeharto banyak lahan yang kini dikerjakan masyarakat hingga menjadi perkebunan sawit.
"Pernah ke Bukit Soeharto? Saya kok enggak lihat itu hutan lindung. Sudah banyak dikerjakan oleh masyarakat. Ada sawitnya, sawitnya rapi, lho. Sawit ditanam rapi. Ini hutan lindung atau perkebunan sawit? Artinya justru kalau lokasinya di sana tujuannya merevitalisasi hutan lindung tersebut. Hutan lindung kok ada kebun sawitnya. Kok ada rumah penduduk dan segala macam? Itu saya lihat langsung dari jalan tol," ujarnya.
"Jadi, justru kita akan rapikan di situ. Dan kita kan bisa mengembangkan konsep forest city, itu sudah diusulkan juga oleh Kaltim. Kalau dibangun di daerah situ, kalau bisa konsepnya forest city, kota tapi nuansanya hutan," katanya lagi.
Baca Juga: Setelah Dihadiahi Jet Pribadi, Anak Sandra Dewi Dibelikan Mobil-mobilan Berharga Puluhan Juta
Terkait daerah penyangga, di mana seperti diketahui bahwa saat ini Jakarta memiliki daerah penyangga seperti Bekasi, Depok, Bogor, juga turut dijelaskan oleh Bambang Brodjonegoro.
Yang pasti, kata dia, ibu kota baru didesain untuk 1,5 juta orang.
Bambang Brodjonegoro juga menekankan bahwa ibu kota baru itu tidak bisa didesain menjadi kota yang besar, dan bukan untuk jadi kota metropolitan seperti Jakarta.
Ibu kota baru ini benar-benar akan menjadi pusat pemerintah, yang di dalamnya juga bisa ada universitas yang orientasinya untuk teknolohi ataupun sentra-sentra industri kreatif.
Baca Juga: Sakit Hati Istri Direbut Orang, Pria Ini Habisi Sang Pebinor dengan Tongkat Berpaku