Sepekan setelah prosesi sederhana itu, Monika sudah dalam pesawat terbang menuju ke China.
Monika mengatakan, meski ia sudah meneken dokumen, ia berpikir mereka baru bertunangan dan pernikahan akan menyusul setibanya ia di China.
Namun, saat tiba di China, Monika langsung dibawa ke kediaman keluarga sang pria. Saat itulah ia menyadari telah menjadi korban penipuan.
Baca Juga: Steve Emmanuel Ungkap Alasan Pakai Narkoba di Usia Muda dan Sebut Anak di Persidangan
Baca Juga: Mitos Makna Kedutan di Hidung, Sisi Kiri dan Kanan Artinya Beda Lo!
Penghasilan sebulan sang suami tak mencapai Rp 10 juta seperti yang dijanjikan sang perantara.
Setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 19.00, Monika harus membuat bunga kertas untuk dijual sang ibu mertua.
Meski sudah ikut membantu, tak jarang Monika kerap dihukum tak mendapat makanan dan dia juga tak diizinkan mengakses internet.
Akibatnya, Monika sepenuhnya terputus dari keluarga dan teman-temannya di Indonesia.
"Ibu mertua saya amat menakutkan. Saya masih trauma jika memikirkan dia. Melihat dia dari jauh saja sudah cukup membuat saya ketakutan," ujar Monika.
Meski dilarang mengakses internet, Monika selalu mencuri waktu menggunakan internet terutama untuk belajar sedikit bahasa Mandarin.
Setelah menguasai beberapa kosa kata dan mempelajari cara menuju ke kantor polisi, Monika kemudian menggunakan taksi untuk menuju ke markas kepolisian setempat.