Mengutip sputniknews.com pada 2016 lalu, sekitar 700 orang masih tinggal di Desa Makhunik.
Desain rumahnya juga masih mempertahankan unsur-unsur arsitektur Neolitik.
Warnanya juga masih sama seperti saat dulu digunakan sebagai kamuflase dari penjajah. Sulit melihat keberadaan desa ini dari kejauhan.
Tetapi, mereka masih hidup susah. Para pemuda memilih pergike kota untuk mencari pekerjaan, para wanita menenun, sedangkan yang lansia bergantung pada subsidi pemerintah.
Meski begitu, arsitektur rumah yang unik mirip dengan jamur ini berpotensi untuk dijadikan tempat wisata.
Diharapkan penduduk Makhunik dapat menciptakan peluang lapangan pekerjaan maupun bisnis di desanya.