Ia pun langsung ditangkap tanpa adanya bukti dan saksi lebih lanjut. Bahkan, ia dijauhkan dari orangtua dan penasihat hukumnya ketika diinterogasi pihak berwenang.
Baca Juga : Bukan Kartun, Danau Berwarna Pink Mirip Milkshake Stroberi Ini Benar-benar Ada di Afrika
Beberapa orang mengatakan, Stinney terlihat sangat ketakutan sehingga ia terpaksa untuk mengatakan seperti apa yang diinginkan polisi, meskipun tidak ada bukti yang mengarahkannya kepada tindak kejahatan tersebut.
"(Polisi) sedang mencari seseorang untuk disalahkan, jadi mereka menggunakan saudara saya sebagai kambing hitam," kata Ruffer.
Setelah dua jam persidangan dan pertimbangan selama 10 menit, Stinney dinyatakan bersalah atas pembunuhan tersebut dan dijatuhi hukuman mati dengan menggunakan kursi listrik.
Pengadilan memutuskan untuk mengeksekusi Stinney dalam waktu sekitar tiga bulan.
Sempat ada perdebatan terkait hasil ini, terutama tentang Stinney yang masih terlalu kecil untuk duduk di kursi listrik.
Baca Juga : Hannah Power, Gadis 26 Tahun Ini Bagikan Kisah Liburannya di Pegunungan Alpen yang Berubah Jadi Malapetaka
Selain karena elektroda terlalu besar untuk kakinya, tali pengikat juga tidak pas dengan tubuhnya sehingga Stinney harus duduk di atas alkitab agar sesuai dengan kursinya.
Namun, keraguan tersebut diabaikan dan pada 16 Juni 1944, Stinney tetap dieksekusi. Ia menjadi orang termuda yang dihukum mati.
Kasus ini membuat marah para pembela hak-hak sipil. Stinney di interogasi sendirian di sebuah ruangan kecil, tanpa didampingi oleh orangtua maupun pengacaranya.