Jacques Cousteau sendiri adalah manusia pertama yang menyedot perhatian dunia keGreat Blue HoleBelizepada awal 1970-an dengan menyatakan Great Blue Hole sebagai 5 tempat terbaik untuk scuba diving.
Selain foto-foto, ekspedisi Blue Hole terbaru ini juga menghasilkan peta sonar 3D yang mampu mengumpulkan data lingkungan tentang kualitas airnya.
Setelah diproses, semua informasi yang didapat akan dibagikan kepada pemerintahBelizedan komunitas ilmiah global untuk membantu melestarikanGreat Blue Holedan keanekaragaman hayatinya.
Baca Juga : Video Marion Jola Buka Jaket Viral, Begini Tanggapan Marion Jola
Dengan lebar lebih dari 300 meter dan kedalaman 125 meter, Lubang Besar ini merupakansinkholekedua terbesar di dunia, setelah Dragon Hole di Laut Cina Selatan.
Tidak heran jikaGreat Blue Holemenjadi rumah bagi berbagai jenis terumbu karang yang unik, serta hewan laut langka seperti hiu martil.
“Great Blue Holemerupakan gua runtuh yang dipenuhi stalaktit. Ini terbentuk dari lapisan batu kapur halus dan dinding kalsium karbonat yang lebih kasar,” papar Erika Bergman, Chied Pilot and Director of Operations of Aquatica.
Baca Juga : Pengakuan Romi Septiawan si Pembunuh Istri dengan Parang: 'Aku yang Salah, Kak!'
“Bertahan dalam waktu yang lama dan terisolasi dalam kegelapan, lubang ini menyimpan petunjuk alami dari siklus hidup planer kita. Teras dan stalaktit inilah yang akan kami petakan,” imbuhnya.
Salah satu fitur paling menarik dariGreat Blue Holeadalah lapisan hidrogen sulfidanya. Di kedalaman sekitar 90 meter, ‘jubah’ hidrogen sulfida ditemukan di dalam lubang, Ia sangat beracun, bersifat merusak, dan bau.
Menyelam lebih dalam lagi, sekitar 106 meter, Anda tidak akan menemukan oksigen. Kondisi ini pun akhirnya menghasilkan kuburan kerang di mana ribuan makhluk laut tak sengaja berenang ke sana dan akhirnya mati.