Sebagian lagi, sebesar 7.000 dolar Spanyol (sekitar 2,5 miliar rupiah untuk kurs kini) dibagikan kepada legiun Pangeran Prangwedana dari Mangkunagaran.
Pustaka naskah itu tidak kembali ke Jawa—setidaknya hingga hari ini.
Menurut pemerian Carey, sekitar 55 naskah Jawa milik Raffles, sebagian besar diserahkan kepada Royal Asiatic Society pada 1830.
Koleksi naskah jarahan Raffles bukanlah yang terbanyak. Kolonel Colin Mackenzie memiliki 66 naskah Jawa milik Keraton Yogyakarta.
Baca Juga : Bukan Cincin dan Seperangkat Alat Salat, Maskawin Pasangan Pengantin Ini adalah Es Cendol
Sementara, sekitar 45 naskah Jawa koleksi John Crawfurd, seorang Residen Yogyakarta, sebagian besar dijual kepada British Museum pada 1842.
Babad tersebut juga berkisah tentang penjarahan yang tampaknya membabi buta terhadap barang-barang perhiasan milik perempuan keraton.
Serdadu-serdadu itu memasuki wilayah keputren.
Seorang istri resmi Putra Mahkota dilucuti perhiasan dan pakaian kebesarannya.
Salah seorang perwira Inggris tewas ditikam seorang perempuan keraton lantaran sang perwira akan membawanya sebagai rampasan perang, demikian paparan Carey dalam bukunya.
Peristiwa ini hanya terjadi sekali dalam sejarah Jawa, ketika istana sebagai lambang kedaulatan penguasa lokal diserang, dijarah, dan ditundukkan oleh pasukan Eropa. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic)