Suar.ID - Indonesia dan bencana alam seolah dua hal yang tak bisa dipisahkan.
Indonesia memang diberi berkat berupa tanah yang subur dan berbagai tumbuhan bisa tumbuh dengan baik di atasnya, namun kondisi geografis ini juga cukup berbahaya.
Tanah yang subur dikarenakan ada aktivitas vulkanik dari gunung berapi, tapi aktivitas gunung berapi juga menimbulkan bencana alam.
Tak hanya itu, ada banyak sesar yang terus bergerak aktif di Indonesia menyebabkan bencana alam pula.
Baca Juga : Ijazah Jokowi Tertulis Lulus dari SMPP, Kok Bisa Sekarang Disebut Lulusan SMAN 6 Surakarta?
Jika melihat peta rawan bencana Indonesia, sebenarnya hampir semua daerah berpotensi terdampak bencana alam.
Namun, wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) disebut sebagai wilayah yang sangat rentan terhadap gempa bumi dan tsunami.
Hal ini ditetapkan bukan tanpa pertimbangan.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Nelly Florida Riama menyampaikan hal tersebut dalam pertemuannya dengan Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi di Kupang, Kamis (17/1/2019).
Baca Juga : Penghulu Saksi Kunci Pernikahan Kris Hatta dan Hilda Vitria yang Terus Disangkal, Meninggal Dunia
"Seluruh wilayah NTT masuk daerah rentan gempa dan tsunami. Apalagi pernah terjadi tsunami di Flores," ucap Nelly.
Untuk menindak lanjuti temuan itu, pihak BMKG sedang berubaya menyiapkan peralatan peringatan dini tsunami untuk ditempatkan di sekitar NTT.
Menurut Nelly, alat peringatan dini tsunami yang tersebar di seluruh Indonesia saat ini akan diganti dengan alat baru.
Nelly mengatakan, BMKG sedang merancang peralatan untuk ditempatkan di seluruh Indonesia.
Baca Juga : Viral, Video Penumpang Taksi Online Kesurupan Cekikikan Bak Kuntilanak dalam Mobil
"Apalagi kami baru mengalami tiga kali gempa kuat. Tentu seluruh daerah rawan gempa dan tsunami di Indonesia sudah dipetakan," ucap Nelly.
Selain itu, untuk memberikan peringatan dini terhadap cuaca maritim, BMKG telah membangun pos maritim di Pelabuhan Tenau Kupang.
Pos itu dibangun untuk memberikan peringatan dini tentang kondisi cuaca di perarian.
Pos Maritim juga sekaligus sebagai bentuk dukungan BMKG terhadap rencana peningkatan status Pelabuhan Tenau Kupang jadi pelabuhan internasional.
Tahun 1992 silam, tsunami besar menerjang Flores.
Gempa bermagnitudo 7,5 diikuti gelompang pasang yang menerjang sejauh 300 meter ke bagian tengah dan timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Baca Juga : Dul Jaelani Dijodohkan Maia Estianty dengan Aaliyah Massaid, Tapi Dul Malah Tak Mau Pacaran
Bencana terutama menimpa Kaputan Sikka (Maumere) dan Kabupaten Ende.
Harian Kompas edisi 13 Desember 1992 mewartakan, guncangan gempa tektonik dan terjangan tsunami (gelombang pasang air laut) memporak-perandakkan rumah penduduk, tempat ibadat, gedung-gedung sekolah, rumah sakit, perkantoran, dan sarana umum lainnya di Maumere, ibukota Kabupaten Sikka, dan Ende, ibu kota Kabupaten Ende.
Pusat gempa terletak pada kedalaman 36 km di Laut Sawu di lepas pantai Maumere.
Getaran gempa itu terasa kuat di seluruh Pulau Flores, bahkan sampai di Kupang, Pulau Timor, dan Ujungpandang (kini Makassar, Sulawesi Selatan).
Dalam bencana ini, lebih dari 1.300 orang dinyatakan meninggal, 500 orang hilang dan ribuan bangunan rusak baik itu karena terjangan ombak atau terkena reruntuhan gedung.
Belajar dari sejarah tersebut, sudah sepantasnya BMKG memberi perhatian pada daerah-daerah di pesisir NTT.
Baca Juga : Vanessa Angel Jadi Tersangka Kasus Prostitusi, Sang Kekasih Unggah Foto dan Kalimat Kesedihan