Suar.ID -Saat itu berat Dave Hersch hanya sekitar 35 kg.
Dave yang saat itu berusia 19 tahun dicambuk, kelaparan, dan dipaksa memindahkan batu seberat sekitar 22 kg selama belasan jam setiap hari.
Remaja kelahiran Dej, Hungaria, itu, seperti dilansir Nypost.com pada Sabtu (12/1), harus merasakan kekejaman Nazi yang terkenal.
“Kamp konsentrasi tempat dia berada, Mauthausen, dirancang untuk membuatmu mati,” ujar Jack J. Hersch, putra Dave.
Jack kini seorang pengusahan berusia 60 tahun yang tinggal di Upper East Side.
Baca Juga : Sadis, Mayat Janda dan Dua Putrinya Ditemukan di dalam Rumah, Ini Ciri-ciri Pembunuhnya
Meski begitu, Dave ternyata masih punya kekuatan untuk melarikan diri dari Holocaust—sebanyak dua kali.
Cerita kini bisa kita nikmati melalui buku berjudul Death March Escape: The Remarkable Story of a Man Who Twice Escaped the Nazi Holocaust yang ditulis Jack.
Dalam buku itu diceritakan, pada Sabtu di April 1945 Dave dikirim ke perjalanan menuju kematian pertamanya.
Itu adalah perjalanan sejauh 34 mil dari Kamp Mauthausen di Austria ke satu tempat yang disebut Gunskirchen.
Medan yang menanjak begitu berat untuk dilalui sehingga sekitar 750 tahanan diperkirakan akan binasa.
“Tahu bahwa perang telah berakhir, Nazi ingin orang-orang Yahudi mati,” kata Jack.
“Tetapi membunuh sekitar 20 ribu orang di kamar gas bukanlah hal yang sepele. Lebih mudah menempatkan mereka di jalanan dan membiarkan mati berbaris.”
Saat ada persimpangan, para tahanan itu dipaksa untuk jalan lurus.
Tapi Dave yang tertinggal berbelok ke kanan.
Baca Juga : Beredar Pesan Kematian Ustaz Arifin Ilham di Facebook, Isinya Sungguh Mengharukan
Dia mengambil jas hujan yang tercecer di tanah dan menggunakannya untuk berbaur dengan banyak orang.
“Dia pasti telah melakukan kalkulasi di mana ada risiko yang lebih kecil untuk belok ke kanan dibanding lurus,” kata Jack.
Tapi kebebasan yang sudah ada di depan mata tiba-tiba sirna.
Saat itu muncul seorang perempuan yang terlihat hendak menyelamatkan hidup Dave, tapi ternyata justru mengembalikannya kepada tantara Nazi.
Meski begitu, perempuan itu sempat memberinya makan dan membiarkannya berbaring di halaman belakang rumahnya.
Dave kembali ke Mauthausen, di mana dia secara ajaib kembali lolos dari maut.
Sekitar 10 hari kemudian, dia dikirim ke Gunskirchen gelombang kedua.
Sekitar satu mil melewati persimpangan yang sama, dia merasa terlalu lemah untuk melangkah lebih jauh.
Dave melipir ke sisi jalan, dan sadar keputusannya itu bisa mengirimkan lebih cepat ke kamatian.
Seorang polisi SS melihatnya dan menodongkan pistol di belakang lehernya.
Pistol itu mengagetkan Dave dan dia langsung berdiri.
Baca Juga : Miliarder dan Ahli Bedah Top Amerika Ini Ternyata Asli Indonesia, Pindah karena Diskrimasi Rasial
Mungkin terkesan oleh ketangguhan remaja itu, polisi tersebut menunjukkan belas kasihannya dan ngeloyor pergi.
Dave kemudian melihat jalan kecil yang berfungsi sebagai jalan pintas ke stasion kereta api di kota itu.
Melalui jalan kecil itu, Dave berjalan cepat. Dia melihat seorang pria mati dengan pakaian sipil dan mengambil pakaian itu.
Dave lalu tertidur di bawah semak-semak.
Pagi berikutnya, Dave bertemu pasangan Austria yang berbaik hati menyembunyikannya di dalam rumah.
Tiga minggu kemudian, mereka memberitahu Dave bahwa perang sudah berakhir. Dia bebas pergi.
Dave berjalan ke kota, di sana dia menemukan petugas medis berbendera Amerika Serikat.
Setelah itu dia segera meninggalkan Eropa, pergi ke Amerika Serikat pada 1958 setelah satu dekade di Israel.
Setelah kehilangan ibu dan empat saudara dalam Holocaust, Dave menikah dengan Rachel pada 1955 dan dikaruniai dua orang putra.
Dave meninggal pada 2001 ketika usianya menginjak angka 76 tahun.
Dalam penelitian untuk bahan buku, Jack mengunjungi tempat-tempat yang dulunya merupakan kantor administrasi Kamp Mauthausen.
Kantor itu sekarang berubah menjadi tempat tinggal.
Baca Juga : Susah Hubungi Vanessa Angel, Jane Shalimar Minta Kartu ATM-Nya Dikembalikan: Saya Juga Butuh
Jack mengaku marah dengan kenyataan bahwa ada keluarga yang tinggal di bekas kantor itu.
Dia juga menelusuri jalur yang ditempuh ayahnya saat Holocaust, berikut dua tempatnya melarikan diri.
“Mendengar ceritanya itu satu hal. Hal lainnya adalah untuk menyadari bahwa jika dia berhenti 1,5 meter lebih cepat, dia tidak akan melihat jalan setapak itu,” kata Jack.
“Benar-benar keberuntungan yang membingunkan,” tambahnya.