Sejarah panjang Aokigahara berawal dari pertengahan abad ke-9, ketika Gunung Fuji meletus.
Masyarakat setempat sejak lama telah mengultuskan hutan tersebut dan menganggapnya sebagai tempat yang suci yang konon dijaga oleh seekor naga.
Ini adalah tempat yang penuh firasat, ditumbuhi pohon-pohon tinggi yang menghalangi sinar matahari, dan dilapisi oleh lumut dan akar-akar yang berbonggol.
Nama hutan ini semakin populer di era 1970-an, ketika diabadikan dalam novel-novel populer, film, dan drama televisi sebagai tempat untuk bunuh diri.
Keterkaitan ini semakin menjadi semakin kuat sehingga banyak orang yang putus asa datang ke hutan untuk mengakhiri hidupnya.
Pihak berwenang tak pernah secara resmi mengeluarkan angka berapa yang mati di sini.
Tapi yang jelas, menurut laporan Asia One, lusinan orang meninggal di sana setiap tahun.
“Hidup adalah hal yang berharga yang diberikan oleh orangtua Anda. Pikirkan lagi dengan tenang orangtua, saudara, anak-anak Anda. Jangan khawatir sendirian. Pertama, bicaralah dengan kami; dan berikan nomor hotline untuk dihubungi.”
Begitu bunyi plang sebelum masuk hutan.
Lepas dari itu, Jepang disebut sebagai negara dengan angka bunuh diri tertinggi di lingkaran negara-negara industrialias Kelompok Tujuh (G7).