Suar.ID – Pemerintah Korea Selatan mencoba menyelesaikan krisis rendahnya angka kelahiran dengan menawarkan uang kepada para orangtua.
Korea Selatan dilaporkan menawarkan lebih banyak uang dan insentif untuk menarik orang agar mau memiliki lebih banyak anak.
Langkah ini diambil setelah upaya untuk meningkatkan angka kelahiran tidak berhasil sebelumnya.
Mengutip channelnewsasia.com (7/12/2018), angka kelahiran di Korea Selatan termasuk yang terendah di dunia dan dapat menyebabkan penurunan populasi yang signifikan dalam 10 tahun mendatang.
Baca Juga : Di 10 Negara Ini Profesi Guru Dipandang Terhormat, Adakah Indonesia?
Pengamat menghubungkan, krisis ini terkait dengan mahalnya biaya merawat anak, tempat penitipan anak yang terbatas serta panjangnya jam kerja bagi pekerja.
Sebuah studi yang ditugaskan oleh Majelis Nasional Korea Selatan pada tahun 2014 melaporkan, Korea Selatan dapat “menghadapi kepunahan alami” pada tahun 2750 jika angka kelahiran negara itu tetap pada 1,19 per perempuan.
Menurut Agence France-Presse, angka kelahiran di Korea Selatan telah jatuh ke rekor terendah tahun ini yakni 0,95.
Angka ini jauh lebih rendah di mana idealnya adalah 2,1, menurut data demografi.
Baca Juga : Soal Isu Suap Pemain Timnas di Final Piala AFF 2010, Ini Kata Hamka Hamzah yang Saat Itu Masuk Skuad
Selama 13 tahun terakhir, pemerintah Korea Selatan telah menghabiskan sekitar 121 miliar dolar AS untuk upaya peningkatan kesuburan di negara itu.
Pemerintah Korea Selatan, telah memberikan subsidi tunai kepada orangtua yang memenuhi syarat.
Tetapi, strategi ini tidak membuat banyak perbedaan.
Mulai dari sistem subsidi sekitar 88 dolar AS per bulan untuk orangtua yang memiliki anak di bawah lima tahun pada bulan September lalu.
Baca Juga : Natuna Diklaim China, Jokowi Panas dan Bawa Kapal Perang ke Sana
Mereka baru-baru ini mengumumkan akan meningkatkan subsidi bulanan menjadi 270 dolar As atau setara Rp3,9 juta hampir Rp4 juta.
Sebagai insentif tambahan, orangtua yang memilik anak di bawah usia 8 tahun akan diizinkan bekerja satu jam lebih sedikit sehingga dapat mengurus keluarga.
Kebijakan tersebut akan berlaku mulai akhir 2019.
Pemerintah Korea Selatan juga akan memperluas pusat penitipan anak dan taman kanak-kanak untuk mendorong 40 persen anak menggunakannya.
Baca Juga : Inilah Ramalan BNPB Tentang Bencana yang Bakal Terjadi di Indonesia pada 2019