Nurman pun ingin membuat sesuatu yang berbeda sekaligus membantu menjaga kelestarian lingkungan.
Ia dan ayahnya melakukan riset untuk menguji berbagai jenis bahan dan mereka mendapati kalau ternyata kulit ceker ayam memiliki tekstur unik dan cocok dijadikan bahan sepatu.
Nurman sebelumnya juga pernah melakukan riset pada kulit hewan lain seperti kulit ikan nila, ikan pari, kulit kodok dan kulit bebek.
Baca Juga : Pangeran Harry Terkenal Badung Sejak Dulu, Ini Beda Gaya Pakaiannya dengan Pangeran William
"Kenapa saya buat dari kulit ceker ayam, kita angkat dari sustainability, dari keberlangsungan hewan di luar sana," kata Nurman dilansir dari Kompas.com, Rabu (12/12/2018).
"Bisa dilihat ya kalau kulit ceker ayam ini punya motif mirip ular dan buaya. Tapi kalau ular dan buaya itu ketika lama dikuliti, lama-lama makin habis. Tapi tidak dengan ceker ayam ini," lanjut Nurman.
Nurman juga mengakui kalau ceker ayam tersedia banyak dan kadang malah dibuang-buang, tidak dikonsumsi.
"Kami memanfaatkan limbah, misalnya ada restoran siap saji yang menyajikan ayam, kan mereka tidak memakai ceker ayam. Makanya kami kerjasama dengan pengepul untuk dapat si ceker ayam ini," terang Nurman.
Namun, kreativitasnya ini juga terkendala biaya.
Memproduksi sepatu dari ceker ayam tergolong buutuh biaya besar dan mahal. Ia dulu sempat membaut sepatu berbahan kanvas lebih dulu.
Setelah menerima sejumlah keuntungan dari penjualan sepatu kanvas, Nurman baru punya modal untuk membuat sepatu dari ceker ayam.