Tak hanya itu, Risma juga mengapresiasi etos kerja masyarakat Korea Utara. Terutama untuk bertahan hidup dalam kondisi yang serba terbatas.
Bahkan Risma menyebut, harga diri adalah segalanya bagi orang Korea Utara.
Baca Juga : Nekat Dengar Musik Pakai 'Headset' Saat Ponsel Sedang Dicharge, Remaja Malaysia Ini Tewas Kesetrum
Mereka tidak akan menukar kehormatan mereka dengan selembar roti sekalipun.
"Mereka survive dengan kondisi seperti itu (serba terbatas). Nasionalisme mereka tinggi sekali. Ada yang ngomong gini, 'Kami tidak mau kehormatan kami ditukar dengan roti'," sambung Risma.
Tetapi, di luar kelebihan yang dimiliki Korea Utara, Risma juga mendapatkan beberapa kekurangan di negara tersebut.
Seperti akses jalan yang perlu dibenahi karena banyaknya jalan bergeronjal. Selain itu, akses telekomunikasi dan informasi juga sulit digunakan.
Risma pun mengaku kesulitan saat menggarap tugas-tugasnya sebagai Wali Kota Surabaya di negara tersebut.
"Aku engak bisa komunikasi karena memang telepon enggak bisa digunakan. Jadi aku harus turun cari wi-fi di lobi. Keluar dari lobi sudah enggak bisa," cerita Risma.
Risma baru bisa menggunakan telepon genggamnya pada hari ketiga saat masuk di perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan.
“Kita ke perbatasan, itu baru bisa pakai handphone siangnya,” ujarnya.
Sementara itu, jaringan listrik dan air juga cukup terbatas. Saat berada di Korea Utara, Risma menyebut suhu udara mencapai -7.