Tewas Jadi Korban Pengkhianatan G30S, Begini Karier Mentereng Jenderal TNI Ahmad Yani

Minggu, 04 September 2022 | 10:03
Tribunnews

Tewas Jadi Korban Pengkhianatan G30S, Begini Karier Mentereng Jenderal TNI Ahmad Yani.

Suar.ID -Tewas Jadi Korban Pengkhianatan G30S, Begini Karier Mentereng Jenderal TNI Ahmad Yani.

Penculikan dan pembunuhan enam jenderal dan satu kapten dilakukan oleh kelompok yang menamakan diri Gerakan 30 September.

Peristiwa penculikan dan pembunuhan itu terjadi menjelang tengah malam pada 30 September hingga pagi hari 1 Oktober 1965.

Menurut penelitian John Roosa dalam bukunya, Dalih Pembunuhan Massal, sebenarnya target dari penculikan tersebut adalah tujuh Jenderal.

Namun, kelompok G30S salah menangkap satu kapten.

Ia merupakan bawahan dari Jenderal ke tujuh, yaitu Jenderal A.H Nasution.

Para jenderal tersebut difitnah telah melakukan makar terhadap Presiden Soekarno dan menggabungkan diri sebagai Dewan Jenderal.

Ketujuh jenazah korban, ditemukan di dalam sumur di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada4 Oktober 1965.

Peristiwa tersebut juga menjadi faktor tumbangnya pemerintah orde lama yang dipimpin langsung oleh Ir Soekarno.

Pemerintah yang kemudian berkuasa saat itu menyangkutpautkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalang dibalik peristiwa itu.

Sehingga, tercetuslah istilah G30S yang diberi tambahan kata PKI, yang sering ditemui masyarakat.

Enam jenderal dan satu kapten yang terbunuh dalam peristiwa G30S diberi gelar sebagai pahlawan revolusi.

Salah satu dari mereka adalah Jenderal TNI Ahmad Yani.

Jenderal TNI Ahmad Yani lahir di Purworejo, Jawa Tengah.

Ia lahir pada 19 Juni 1922.

Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda
Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda

Tewas Jadi Korban Pengkhianatan G30S, Begini Karier Mentereng Jenderal TNI Ahmad Yani. Museum Sasmitaloka, awalnya kediaman Jenderal Ahmad Yani

Ahmad Yani pernah mengikuti wajib militer dan berperan sebagai tentara Hindia Belanda pada waktu muda.

Kemudian, saat Jepang menjajah Indonesia, ia menjadi anggota tentara Pembela Tanah Air (PETA).

Setelah Indonesia merdeka, Ahmad Yani mulai bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia.

Dulu, TNI masih menggunakan nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Ia berhasil menjadi seorang komandan tentara di wilayah Magelang.

Bahkan, ia berhasil mempertahankan Magelang dari serangan tentara Inggris setelah proklamasi kemerdekaan.

Ahmad Yani juga pernah berperang secara gerilya melawan Belanda dalam peristiwa agresi militer Belanda.

Kemudian, ia ditarik ke Kota Tegal, Jawa Tengah, setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.

Ia bergabung bersama pasukan khusus bernama Banteng Raiders.

Ahmad Yani dan pasukannya berhasil menumpaskan pemberontakan Darul Islam, yang dibentuk oleh Kartosuwiryo.

Prestasi Ahmad Yani membawanya untuk mengikuti kursus militer di Amerika Serikat atas perintah dari Presiden.

Ahmad Yani pun dipersiapkan menjadi calon Jenderal.

Kemudian setelah ia selesai mengikuti kursus militer, ia bergabung ke Markas Besar TNI Angkatan Darat yang berlokasi di Jakarta.

Lalu, ia ditunjuk menjadi staf umum Jenderal AH Nasution.

Ia berhasil meredam pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

PRRI adalah kelompok pemerintah daerah yang memiliki oposisi terhadap pemerintah pusat pada 1958.

Ahmad Yani kemudian dilantik menjadi Panglima Angkatan Darat, menggantikan Jenderal AH Nasution.

Ia diculik oleh Resimen Cakrabirawa yang dipimpin Letnan Kolonel Untung pada 30 September 1965.

Tribunnews
Tribunnews

Tewas Jadi Korban Pengkhianatan G30S, Begini Karier Mentereng Jenderal TNI Ahmad Yani. Soekarno menangis di pusara Ahmad Yani.

Baca Juga: Peristiwa G30S: Kolonel Abdul Latief Merasa Dikhianati oleh Soeharto

Tag

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber gramedia.com