Suar.ID -Simpanan Minyak Bumi Makin Habis, Warga Timor Leste Ngaku Nyesal Nekat Merdeka dari Indonesia? Pakar Ungkapkan Hal Ini.
Pengembalian minyak dan gas di Timor Leste dalam 15 tahun terakhir membuat cadangan hasil alam di Laut Timor itu hampir habis.
Negara itu terancam semakin terjerembab dalam kemisikinan bila sumber kekayaan itu benar-benar habis.
Saat ini, masyarakat di negara Timor Leste sedang memikirkan akan memakan apa lagi bila segala kekayaan alam Bumi Lorosae sudah habis.
Diketahui, Negara Timor Leste diberkati dengan pendapatan minyak dan gas sebesar US$ 23 miliar atau sekitar Rp 329 triliun selama 15 tahun terakhir.
Angka tersebut dilaporkan mampu membayar 86% kegiatan negara.
Tapi era ini hampir berakhir.
Ekspor sisa minyak serta gas mungkin hanya bisa membiayai pemerintah satu atau dua tahun lagi.
Baca Juga: Bikin Kaget, Timor Leste Mendadak Dapat Rezeki Nomplok: Auto jadi Negara Tajir Melintir!
Bahkan jika investasi dana kekayaan negara US$ 19 miliar (Dana Perminyakan) terus berjalan dengan baik, Timor Leste hanya punya waktu sedikit dengan masa depan tidak pasti dan menakutkan.
Sebagaimana dirinci dalam artikel Charles Scheiner, peneliti di La'o Hamutuk, Institut Pemantauan dan Analisis Pembangunan Timor-Leste, yang berjudul 'Survei ekonomi Timor-Leste: Akhir dari pendapatan minyak bumi'.
Dalam penelitian tersebut tertulis, para pemimpin negara Timor Leste mengelola aliran masuk pendapatan minyak bumi dengan baik, menghindari korupsi, kekerasan, kriminalitas, dan inkonstitusionalitas yang signifikan.
Namun, beberapa konsekuensi negatif dari ketergantungan minyak tidak dapat dihindari.
Ekonomi bergantung pada impor, produksi lokal minimal, lapangan kerja langka dan hanya kelas menengah serta atas perkotaan yang dapat menikmati manfaatnya.
Sebagian besar uang minyak telah membayar perusahaan asing untuk membangun proyek infrastruktur besar.
Namun kehidupan pedesaan, mayoritas pertanian hampir tidak membaik.
Hanya sebagian kecil dari pendapatan minyak bumi yang telah digunakan untuk mendukung kehidupan masyarakat dan produktivitas masa depan.
Kondisi ini sedikit lebih baik daripada tahun 1990-an, tahun-tahun terakhir pendudukan militer Indonesia.
Kebanyakan orang terus bertahan hidup dengan pertanian subsisten.
Sementara, pekerjaan sektor swasta telah menurun sejak 2014.
Diversifikasi ekonomi, meskipun sering dibahas, belum terjadi.
Pembuat kebijakan masih mengacu pada Rencana Pembangunan Strategis 2011 yang tidak realistis dan ketinggalan jaman.
Banyak orang, termasuk sebagian besar pejabat pemerintah, telah menginternalisasi ketergantungan pada minyak dan gas yang telah mendominasi Timor Leste.
Mereka merasa sulit untuk membayangkan ekonomi pasca-minyak atau untuk memulai pekerjaan yang menantang guna memperkuat pangan lokal dan produksi lainnya.
Pemerintah Timor Lestemenghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak mengenakkan, seperti bagaimana orang akan makan ketika uang minyak untuk membayar makanan dari luar negeri habis.