Suar.ID - Belakangan masyarakat Indonesia dibuat heboh dengan kasus meninggalnya kasus Mahasiswa UNS yang berinisial GE.
GE ini meninggal usai mengikuti Diksar Menwa.
Hingga kini kasus meningganya GE saat mengikuti Diksar Menwa UNS ini masih diusut oleh pihak kepolisian.
Di saat hebohnya kasus ini seorang pengguna Twitter memberikan pengakuan yang tak terduga.
Ia mengungkapkan kalau kejadian ini rupanya bukanlah yang pertama kalinya.
Baca Juga: Geledah Markas Menwa Selama Satu Jam, Polisi Cari Barang Bukti Ini atas Kasus Tewasnya Mahasiswa UNS
Hal ini diungkapkan oleh pengguna Twitter Novaria Putri Yudianti di akun nya @putri_yudianti pada Sabtu (30/10).
Unggahan ini pun diberi judul 'Tragedi Menwa UNS 2013'.
Dalam unggahan ini, Novaria Putri ini menjelaskan kalau sempat ada korban bernama Rochim yang meninggal akibat mengikuti Menwa UNS ini.
Ia pun mengungkapkan kalau harus melewati proses yang panjang sebelum dirinya memberanikan diri untuk membawa kasus ini ke permukaan.
Novaria Putri ini mengatakan kalau pada 2013 silam pernah ada kasus serupa dengan apa yang dialami oleh GE.
Namun, kasus ini tak ditindak lanjuti ke ranah hukum dikarenakan pihak keluarga sudah mengikhlaskan.
Tak cuma itu, kala itu bahkan tak ada tindak autopsi dan pihak kampus pun meminta kasus ini diselesaikan dengan kekeluargaan.
Novaria Putri pun juga mengatakan kalau semua piahk diminta untuk bungkam agar tak sampai tercium media.
"Semua pihak diminta bungkam supaya gak tercium media, semua demi nama baik kampus,' tulis Novaria.
Ia juga mengungkapkan kalau cerita ini dialaminya langsung saat mengikuti diklat Menwa UNS.
Selanjutnya, ia pun tak menyangka kalau akan memperoleh kekerasan fisik.
Pasalnya, UNS sendiri bukanlah di bawah naungan militer.
"Karena ini kan lingkungan kampus, bukan lingkungan akademi militer, ya aku pikir gak akan ada tindak kekerasan," tulisnya.
Kemudian, ia mengungkapkan masih ingat betul detail wilayah dan kejadiannya.
Pada minggu pertama, semua masih berjalan adem ayem dan bahkan tak ada tindak kekerasan.
Namun, pada minggu kedua muali ada tindak kekerasan seperti ditampar berkali-kali dan juga dijatuhi replika popor dari kayu ke kepala.
Novia pun menduga kalau hukuman inilah yang akhirnya membuat GE meninggal dunia.
"Feelingku hukuman ini yang bikin Alm. Gilang meninggal dunia," terangnya.
Selain itu, ia juga mengatakan kalau ada yang dampai ditenjang dan ditinju.
Bahkan, banyak teman sebayanya yang sudut bibirnya sobek dan tak sembuh-sembuh.
"Lihat wajah teman2 cowokku ada yg bengep trus ada yg sudut bibirnya sobek gak sembuh2 karena sering dipukuli di tempat yg sama," lanjutnya.
Selanjutnya, pada minggu ketiga, kegiatan dilakukan di luar kampus.
Di sinilah senior ini mulai bertindak semena-mena dan tak pandang bulu.
Akhirnya dari kegiatan ini, para peserta pun disuruh longmarch dari Desa Karanglo sampai ke kampus.
Perjalanan ini pun membutuhkan waktu 24 jam dengan estimasi istirahat 2,5 jam saja.
"Jalan kaki dari pagi jam 8 atau 9 pagi sampai kampus jam 4 atau 5 subuh keesokan harinya," tulisnya.
Novaria pun menceritakan awal mula tragedi Rochim ini meninggal dunia.
Kala itu, mereka berada di bonbin jurug sekitar pukul 3-4 subuh.
Rochim ini awalnya sudah mengeluh sakit sejak 2 atau tiga hari sebelum long march.
Ia bahkan sampai muntah-muntah dan diaer akut dan langsung diobati namun tak sembuh-sembuh.
Novaria pun melihat di depan mata kepalanya sendiri kalau rochim ini tetiba ambruk dan tak sadarkan diri.
"Disitu aku lihat depan mata kepalaku sendiri Rochim ambruk gak sadarkan diri," tulis Novaria.
Selanjutnya pada pukul 9-10 pagi, para peserta baru diberi tahu kalau Rochimni meninggal dunia.
Dari kejadian ini semua pun diwanti-wanti untuk tutup mulut.
Semua yang terlibat pun tak berani angkat bicara.
"Ketika itu kita bener2 diwanti2 untuk diam. Nggak boleh cerita ke siapapun tentang semua yang terjadi selama diklat," ungkapnya.
Hingga berita ini diturunkan masih belum diketahui kebenaran mengenai unggah tersebut.
Meski begitu, unggahan ini pun menuai berbagai komentar dari netizen.
Tak sedikit diantara mereka yang tak menyangka kalau Menwa bisa melakukan hal separah itu.