Aduh, Baru Terungkap WHO, Ternyata Penerima Vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna Punya Efek Samping yang Sangat Langka

Minggu, 11 Juli 2021 | 19:06
kolase Intisari

Vaksin Pfizer berisiko munculkan peradangan jantung.

Suar.ID -Baru Terungkap WHO, Ternyata Penerima Vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna Punya Efek Samping yang Sangat Langka.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan regulator di Eropa menemukan hubungan potensial antara vaksin mRNA, yaitu Pfizer dan Moderna, dengan kondisi peradangan jantung seperti miokarditis dan perikarditis, CGTN Eupore melaporkan.

European Medicines Agency (EMA) mengatakan, efek samping itu terjadi pada "kasus yang sangat jarang".

Kondisi itu lebih sering terjadi pada pria dan anak laki-laki di bawah 30 tahun.

Baca Juga: Masih Saja Banyak Orang yang Takut Divaksin, Orang Hebat Asal Indonesia ini Pun Bocorkan Efek Samping Covid-19 yang Sebenarnya, Ternyata Sama Sekali Gak Berbahaya Loh!

Kebanyakan, radang terjadi setelah dosis kedua vaksin diberikan.

Gejala radang jantung setelah vaksinasi meliputi sesak napas, detak jantung tidak teratur, dan nyeri dada.

Analisis dari badan keamanan obat-obatan Eropa menemukan, dari 117 juta dosis Pfizer yang diberikan di UE, Islandia, Norwegia, dan Liechtenstein, terdapat 145 kasus miokarditis dan 138 kasus perikarditis.

Sementara itu, dalam vaksin mRNA lainnya, Moderna, ada 19 kasus miokarditis dan 19 kasus perikarditis dari 20 juta dosis yang diberikan.

Baca Juga: Benar-benar Menyesatkan! Viral Kartu Sertifikat Vaksin Covid-19 Palsu Dijual Murah Meriah, Masyarakat Geram dan Berharap Aparat Pemerintah Menindak Tegas Oknum Penjual Ini

WHO mengatakan bahwa meskipun kondisi tersebut dapat menyebabkan penyakit serius, kondisi tersebut seringkali ringan dan merespon dengan baik terhadap pengobatan konservatif.

Namun dalam lima kasus, orang yang mengalami kondisi jantung ini akhirnya meninggal.

EMA mengatakan, para pasien itu berusia lanjut atau memiliki kondisi kesehatan bawaan.

Kesimpulan dari regulator Eropa ini mengonfirmasi temuan AS bulan lalu.

freepik

Vaksin Pfizer

Baca Juga: Dulu Kritik Keras Raffi Ahmad karena Keluyuran usai Vaksin, Sherina Munaf malah Positif Covid-19 padahal Sebulan di Rumah Terus: Gue nggak Kemana-mana aja Kena!

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sebelumnya menyimpulkan, peradangan jantung setelah dosis kedua Pfizer lebih tinggi dari yang diprediksi di kalangan pria muda.

EMA tidak menemukan hubungan potensial yang sama antara peradangan jantung dengan vaksin COVID-19 lainnya, seperti AstraZeneca atau Johnson & Johnson, yang cara pembuatannya menggunakan metode berbeda.

Namun EMA menyarankan, orang dengan riwayat kelainan darah langka seperti sindrom kebocoran kapiler tidak boleh diberikan suntikan Johnson & Johnson.

Pada Juni lalu, mereka meminta sindrom kebocoran kapiler untuk ditambahkan sebagai potensi efek samping dari AstraZeneca.

Baca Juga: Jangan Buru-buru Mandi Air Panas usai Vaksin! Perhatikan Hal yang Tak Boleh Dilakukan usai Vaksin hingga Berakibat Fatal

Meski ada efek samping, baik EMA maupun WHO menyimpulkan, manfaat vaksin COVID-19 masih lebih besar daripada risikonya.

Namunregulator UE menyarankan, efek samping ini harus secara resmi tercantum dalam informasi produk untuk vaksin mRNA sebagai peringatan untuk dokter dan pasien.

Dalam berita lain seputar vaksin Pfizer, Israel melaporkan pada hari Senin penurunan kemanjuran Pfizer dalam mencegah infeksi.

Hal itu diduga karena merebaknya kasus varian Delta di seluruh negara.

Freepik
Freepik

Indonesia segera mendapat vaksin Moderna untuk vaksin Covid-19 dosis ketiga untuk nakes

Baca Juga: Ada Apa Ini? Mulan Jameela Digeruduk Netizen Setelah Singgung Soal PPKM: Kementrian Kemarin Ngapain Aja!

Namun disebutkan, vaksin tetap efisien dalam mencegah penyakit serius.

Pfizer juga mengatakan, pihaknya sedang bekerja untuk menciptakan suntikan booster.

Bosster itu dapat digunakan setelah dosis kedua untuk meningkatkan kemanjuran dalam kasus varian yang sangat menular seperti Delta.

Sementara itu, regulator Uni Eropa mengatakan, masih terlalu dini untuk menentukan apakah lebih dari dua dosis vaksin diperlukan saat ini.

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber : Tribunnews, CGTN Europe

Baca Lainnya