Suar.ID - Hampir satu tahun lebih, namun tidak ada tanda-tanda bahwa pandemi virus corona (Covid-19) akan berakhir dalam waktu dekat.
Justru di beberapa negara malah terjadi gelombang kedua pandemi yang membuat layanan kesehatan nyaris lumpuh.
Walau begitu, ada beberapa negara yang sukses meredam pandemi virus corona.
Ada yang menggunakan lockdown nasional hingga vaksinasasi massal. Termasuk di Indonesia.
Pemerintah Indonesia tengah gencar-gencarnya melakukan vaksin massal kepada beberapa orang yang dianggap rawan terkena virus.
Seperti lansia, pekerja kantoran, hingga tentunya petugas medis.
Namun ketika banyak negara berlomba-lomba mengadakan vaksinasi massal, justru warga di negara ini menolak vaksin.
Mengapa?
Dilansir dari kontan.co.id pada Jumat (21/5/2021), proses vaksinasi massal Covid-19 di Bolivia mendapat kontra dari warganya.
Akibatnya sebagian besar mengaku anti terhadap vaksin dan skeptis atas suksesnya vaksin membunuh virus corona.
Alhasilpusat inokulasi di negara Amerika Latin itu hampir kosong.
Dan itu membuat khawatir pemerintah Bolovia.
Sebab mereka takut warga negaranya akan menghadapi gelombang kedua jika tidak melakukan vaksin dengan cepat.
ApalagiReuters melaporkan tidak mudah mengubah persepsi masyarakat Bolivia akan besarnya kehebatan vaksin virus corona yang sudah dikonsumsi massal di berbagai negara itu.
Rendahnya partisipasimasyarakat Bolivia terhadap vaksin virus corona juga semakin menjadi-jadi tak kala mereka mengatakansuntikan akan sia-sia.
Hal ini ditambah dengan kampanye berita palsu yang menyertakan selebaran yang mengatakan vaksin mengandung "setan".
"Kami membaca beberapa pamflet di El Alto dari kelompok anti-vaksin tentang keberadaan zat dalam vaksin dari Lucifer,"kata Maria Rene Castro, wakil menteri epidemiologi."Dan karena itu vaksin itu bersifat setan."
"Disinformasi global telah datang ke negara kami dan berdampak pada orang-orang yang menghindari vaksinasi," tambahnya.
Diketahui, sebagian besar negara di Amerika Selatan sedang diterjam oleh gelombang baru pandemi virus corona.
Termasuk Bolovia sendiri.
Bahkan negara itu baru-baru inimencapai 98% dari puncak pandemi pada Februari 2021 kemarin.
Untuk berjaga-jaga, pemerintah langsung memesan jutaan vaksin.
Seperti dariSputnik V Rusia, Sinopharm China dan dengan suntikan Institut Serum untuk AstraZeneca India.
Namun kerja keras pemerintah Bolivia berantakan tak kala partisipasi vaksin sangat rendah.
Bahkan di kota-kota besar sekalipun.
"Saya tidak ingin divaksinasi, saya tidak ingin mati dan tidak ingin sakit," kata Rogelio Mayta, penduduk El Alto.