Menurut Studi, Infeksi Covid-19 di Masa Lalu Ternyata Tidak Sepenuhnya Melindungi Kaum Muda

Jumat, 14 Mei 2021 | 14:03
Pixabay

Ilustrasi virus corona.

Suar.ID - Sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh para peneliti di Fakultas Kedokteran Icahn di Gunung Sinai dan Pusat Penelitian Medis Angkatan Laut telah menjelaskan risiko dari orang yang pernah terkena virus corona.

Diterbitkan pada 15 April di jurnal The Lancet Respiratory Medicine, studi tersebut mengonfirmasi bahwa populasi muda yang sebelumnya telah terinfeksi SARS-CoV-2 (seropositif) memang dapat tertular infeksi lagi.Studi longitudinal, yang dilakukan antara Mei hingga November 2020, terdiri dari 3.249 sebagian besar laki-laki, rekrutan Marinir berusia 18 hingga 20 tahun.

Baca Juga: Mentang-mentang Baru Sembuh dari Covid-19, Atta Halilintar Langsung Minta Aurel Hermansyah Ngegas: Tidurmu Tak Sendiri Lagi, Ayo Gas!Keberadaan SARS-CoV-2 juga dinilai di pertengahan dan akhir masa karantina mereka.

Para peneliti kemudian melakukan tiga tes RT-PCR dua mingguan di kedua kelompok seronegatif dan seropositif setelah rekrutan menyelesaikan karantina dan memulai pelatihan dasar. Para rekrutan yang dites positif SARS-CoV-2 untuk kedua kalinya selama penelitian diisolasi dan diuji lebih lanjut.

Baca Juga: Miris, Bukannya Membantu, Para Miliarder di India justru Kabur dengan Jet Pribadi saat Covid-19 di Negaranya Meledak

Tes antibodi penetral juga dilakukan pada peserta seropositif yang terinfeksi dan partisipan seropositif terpilih yang tidak terinfeksi ulang selama masa penelitian. Studi tersebut menemukan bahwa, dari 2.346 marinir yang dilacak cukup lama untuk analisis, 189 seropositif dan 2.247 seronegatif pada awal penelitian.

Di kedua kelompok, 1.098 infeksi baru (45 persen) dicatat selama penelitian.

Di antara mereka yang seropositif, 19 (10 persen) dinyatakan positif untuk kedua kalinya.

Dari mereka yang seronegatif, 1.079 (48 persen) tertular infeksi. Menggali lebih dalam untuk mengungkap mengapa infeksi ulang terjadi, para peneliti kemudian melihat tanggapan antibodi masing-masing dari mereka yang terinfeksi ulang versus mereka yang tidak.

Tidak mengherankan, mereka menemukan bahwa di antara mereka yang berada dalam kelompok seropositif, peserta dengan tingkat antibodi yang lebih rendah menjadi terinfeksi kembali.

Baca Juga: Corona Indonesia, Rabu (28/4): Tambah 5.241 Kasus, Zona Merah dan Oranye Juga Meningkat, Terus Pakai Masker

Ketika membandingkan kedua kelompok (seropositif dan seronegatif), para peneliti juga menemukan bahwa viral load pada peserta seropositif yang terinfeksi kembali rata-rata hanya 10 kali lebih rendah dibandingkan peserta seronegatif yang terinfeksi.

Temuan ini, menurut penulis, menunjukkan bahwa individu tertentu yang terinfeksi ulang masih dapat menularkan virus, namun mereka mencatat bahwa penyelidikan lebih lanjut diperlukan. Secara keseluruhan, studi tersebut menemukan bahwa sebagian besar kasus COVID-19 baru pada kelompok seropositif tidak menunjukkan gejala - 84 persen atau 16 dari 19 kasus.

Namun, pada kelompok seronegatif, 68 persen (732 dari 1.079 peserta) tidak menunjukkan gejala atau hanya memiliki gejala ringan.

Tidak ada peserta yang membutuhkan rawat inap selama penelitian.

Tag

Editor : Adrie Saputra

Sumber Timesnownews.com