Intisari-Online.com -Hiu paus sepanjang lebih kurang empat meter mati terdampar di Pantai Bayem, Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Namun, petugas mengalami kesulitan saat proses evakuasi.
Sebab, ukurannya yang yang terlalu besar.
Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jatim bersama TNI AL serta polisi telah memeriksa keadaan hewan nahas ini.
Namun petugas kesulitan untuk mengevakuasi bangkainya, karena ukuran ikan ini sangat besar.
Menurut Kasi Teknis Pelabuhan DKP Provinsi jawa Timur, Mulyani, ikan mempunyai panjang 4-5 meter.
Dengan ukuran itu, diperkirakan usianya 8-12 tahun dan diperkirakan beratnya lebih dari empat ton.
“Kemungkinan kalau ditarik secara manual akan kesulitan. Sementara ikan ini harus dikuburkan,” terang Mulyani, Jumat (23/4/2021) pagi.
Terlepas dari penemuan hiu paus yang besar ini, nenek moyangnya, megalodon yang secara luas dianggap sebagai hiu terbesar yang pernah hidup di bumi adalah salah satu predator vertebrata terbesar dalam sejarah.
Mereka hidup menjelajadi lautan dari sekitar 28 juta hingga 1,6 juta tahun yang lalu.
Megalodon kemudian diyakini habis dalam kepunahan Pleistosen.
Megalodon, seperti kita ketahui, sangat besar.
Beberapa gigi yang ditemukan dari predator hebat ini mencapai panjang 17 cm, tetapi mayoritasnya antara 7-12 cm.
Para ilmuwan merekonstruksi megalodon menggunakan rahang dan sisa-sisa fosil dan hasilnya ungkap bahwa megalodon mungkin mencapai panjang maksimum hingga 16,5 meter.
Yakni 3 kali lebih besar dari putih besar.
Penyebaran luas fosil megalodon, khususnya gigi, menunjukkan bahwa itu adalah spesies kosmopolitan yang menghuni berbagai lingkungan laut.
Mereka lebih menyukai perairan dangkal yang hangat dan beriklim sedang.
Mereka berada di puncak rantai makanan dan akan memakan mangsa besar seperti cetacea (lumba-lumba dan paus).
Seperti disebutkan, megalodon punah sekitar 1,6 juta tahun yang lalu.
Tetapi beberapa orang tidak puas dengan ini dan yakin bahwa mereka mungkin masih ada dan hidup sekarang.
Sayangnya, beberapa film dokumenter (yang menggunakan rekaman palsu) membuat banyak orang benar-benar yakin bahwa mereka masih bersembunyi di kedalaman lautan.
(*)