Khianati Negara, 2 Oknum Polisi Kepergok Jual Senjata dan Amunisi ke KKB, Kasus Serupa Sebelumnya Diganjar Hukuman Berat

Senin, 22 Februari 2021 | 13:00
Tribun Manado

KKB Papua

Khianati Negara, 2 Oknum Polisi Kepergok Jual Amunisi ke KKB, Kasus Serupa Sebelumnya Diganjar Hukuman Berat

Suar.ID - Kembali terulang kasus jual amunisi dan senjata ke Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua, pelaku merupakan 2 oknum polisi.

Sebelumnya, kasus serupa juga pernah menimpa seorang oknum TNI yakni Pratu DAT bersama dua rekannya, Pratu O dan Pratu M.

Karena perbuatannya, Pratu DAT dan kedua rekannya dihukum berat karena menjual senjata untuk KKB Papua.

Dan kini, terungkap dua sosok oknum Polisi yang melakukan tindakan serupa.

Baca Juga: Sosok Ahok Kembali Dielu-elukan sebagai Gubernur DKI karena Dinilai Dapat Atasi Banjir Jakarta hingga Menjadi Trending di Twitter, Netizen: Gubernur Sekarang Pemahaman Detail nggak Nyampe, Maaf, Beda Kelas

Kedua oknum polisi tersebut merupakan anggota Polresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease.

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel '2 Anggota Polisi Ketahuan Jual Senjata dan Amunisi ke KKB Papua karena Ini'

Kabid Humas Polda Maluku Kombes Pol Muhamad Roem Ohoirat menjelaskan, penangkapan dua oknum polisi itu berawal dari penangkapan seorang warga Bentuni yang kedapatan membawa senjata api dan amunisi, Rabu (10/2/2021).

Dari hasil pemeriksaan, warga yang ditangkap itu mengaku mendapatkan senjata dan amunisi dari oknum polisi yang bertugas di Polresta Pulau Ambon.

Kapolda Maluku Irjen Refdi Andri lantas memerintahkan Kapolresta Pulau Ambon untuk berkoordinasi dengan Polres Bentuni dan Polda Papua Barat.

"Setelah itu penyelidikan dilakukan dan langsung dilakukan penangkapan.

Nanti kita akan ekspos ke teman-teman media," katanya saat dihubungi, Minggu (21/2/2021).

Roem tidak menjelaskan secara detail identitas dan peran dari kedua oknum polisi tersebut, termasuk hubungan mereka dengan KKB Papua.

Ia juga tak bersedia menjelaskan jenis senjata api dan amunisi yang dijual.

Kedua oknum anggota polisi itu kini tengah menjalani pemeriksaan di Mapolda Maluku.

Diberitakan sebelumnya, oknum TNI bernama Pratu DAT terancam hukuman berat saat ketahuan menjual amunisi ke KKB Papua.

Baca Juga: Ungkap Janji Anies Baswedan yang tak Ditepati dalam Tangani Banjir tak Seperti Ahok, PDIP: Mohon Maaf, Pak Anies 3 Tahun tidak Melakukan Apa-apa

Oknum TNI Pratu DAT kini ditahan di Pomdam XVII/Cenderawasih, Jayapura.

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Ini Kronologi Penangkapan Anggota TNI yang Jual Amunisi ke OPM'

Komandan Sub Detasemen Polisi Militer (Dansubdenpom) XVII Cenderawasih, Ltt CPM Mukmin menyebut, Pratu DAT bersama dua rekannya, Pratu O dan Pratu M, terancam hukuman pemecatan, lantaran melakukan tindakan menjual amunisi kepada KKB Papua.

“Tidak ada ampun, mereka akan ditindak secara militer dan akan dilakukan pemecatan,” kata dia.

Saat ini status Pratu DAT dan kedua temannya telah ditetapkan tersangka.

Terpisah, Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol CPL Eko Daryanto mengatakan, tindakan Pratu DAT ini telah membuat citra negatif bagi institusi TNI.

Proses hukum terhadap tersangka dipastikannya akan berjalan, tidak hanya dari sisi hukum militer, tetapi hukum pidana umum.

"Kami akan melakukan tindakan tegas terhadap yang bersangkutan, sesuai UU Darurat No 12 Tahun 51, Pratu DAT dapat dikenai sanksi hukuman maksimal hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup, atau hukuman penjara setinggi-tingginya 20 tahun," kata dia.

Pratu DAT, sambung Eko, juga terancam dipecat dari keanggotaan sebagai prajurit TNI.

Dandim 1710/ Mimika Letkol Inf. Pio L. Nainggolan mengatakan, Pratu DAT baru bertugas selama 1 tahun 11 bulan terhitung hingga 19 Juni 2019.

Pratu DAT bertugas di bagian staf tata usaha.

Baca Juga: Makin Gencar Beraksi Hingga Bikin Papua Membara, KKB Kembali Adu Peluru Sampai 2,5 Jam dengan Personel Paskhas TNI AU, 1 Pembelot Pun Berhasil Ditumpas

"Pratu DAT baru bertugas di Kodim selama satu tahun sebelas bulan," kata Pio kepada wartawan di Timika, Selasa (6/8/2019).

Menurut Pio, kasus yang menimpa Pratu DAT merupakan suatu permasalahan yang serius sebab berhubungan dengan KKB Papua.

Untuk itu, ia mengingatkan kepada seluruh prajurit TNI di Mimika agar tidak melakukan tindakan serupa, maupun tindakan disiplin lainnya.

"Jadikan kasus ini cambuk untuk tidak melakukan hal yang sama, ataupun melakukan pelanggaran lainnya," pungkas Pio.

Pratu DAT sebelumnya ditangkap di Sorong, Papua Barat, pada 4 Agustus 2019 setelah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) selama 2 minggu.

Berikut kronologi penangkapannya :

Proses penangkapan tersangka DAT dimulai sejak pukul 02.15 WIT.

Saat itu, tim Gabungan melaksanakan pengendapan dan pengintaian terhadap DAT di sebuah rumah Jalan Jenderal A Yani KM 8 Melati Raya Kompleks, Distrik Sorong Manoi, Kota Sorong.

Setelah menerima informasi dari sumber tertutup, pukul 08.02 WIT, DAT ditangkap ketika sedang mengikuti acara kedukaan.

Dari hasil pemeriksaan sementara yang dilakukan di Makodim 1802/Sorong, diperoleh keterangan bahwa DAT pada 24 Juli 2019 menggunakan kapal perintis dari Kabupaten Mimika menuju Kabupaten Dobo dan selanjutnya menginap selama 2 hari di Kompleks Kerangpante.

Baca Juga: Sedang Lakukan Siaran Langsung, Repoter Ini malah Ditodong Senjata Api dan Dirampok Pria tak Dikenal

Kemudian, pada 29 Juli 2019, Pratu DAT menggunakan KM Tidar dari Dobo menuju ke Kota Sorong dan tiba pada 1 Agustus 2019.

Selama berada di Sorong, DAT menginap di beberapa tempat secara berpindah-pindah.

Ia menginap selama 1 malam di Arteri, kemudian pukul 23.00 WIT berpindah ke rumah rekannya Neken, sampai akhirnya Pratu DAT ditangkap dan diamankan pada pukul 08.02 WIT.

"Pratu DAT yang merupakan salah satu DPO, karena terindikasi keterlibatannya dalam jual beli amunisi," ujar Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol CPL Eko Daryanto, melalui rilis, Selasa (6/8/2019).

Sebelumnya, Pratu DAT masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) selama dua minggu.

"Pratu DAT, yang merupakan salah satu DPO, karena terindikasi keterlibatannya dalam jual beli amunisi," ujar Eko Daryanto, melalui rilis, Selasa (6/08/2019).

Editor : Rina Wahyuhidayati

Sumber : Surya

Baca Lainnya