Suar.ID - Siapa yang tak kenal dengan sosok Irwan Mussry?
Ya, Irwan Mussry mulai diperbincangkan publik semenjak menikah dengan musisi Maia Estianty.
Namanya semakin menjadi bahan perbincangan lantaran Irwan Mussry merupakan sosok konglomerat.
Ya, suami Maia Estianty itu merupakan presiden dan CEO perusahaan jam tangan mewah.
Selain itu tak hanya profesi menterengnya saja, sosok Irwan Mussry juga dikagumi dari kerja kerasnya dan caranya bertutur kata pada seseorang.
Tapi, perlu diketahui kalau pengusaha jam tangan mewah itu memiliki kehidupan masa kecil yang berbeda dengan anak lainnya.
Irwan Mussry pernah bercerita tentang masa kecilnya bersama sang ayah kepada Rustika Herlambang, Direktur Komunikasi Indonesia Indicator 2008 silam.
Irwan Mussry lahir pada 15 November 1962 di Surabaya. Ia lahir dalam kehangatan keluarga multi ras, ibunya asli Solo dan ayahnya keturunan Irak Arab Yahudi.
Ayah Irwan Mussry adalah keturunan Irak Arab Yahudi pertama di Indonesia yang menjadi konsultan untuk kedutaan Australia sekaligus senang menjalankan tradisi.
Sejak kecil, Irwan Mussry yang tumbuh dalam keluarga multi ras sudah terbiasa dengan pesta dansa.
Ia juga sudah mengenal perbedaan agama, ras hingga tradisi ketika masih kecil.
"Saya bisa memahami perbedaan dalam tradisi, agama, kepercayaan, kebiasaan maupun pendapat sejak saya masih kecil. Apalagi kakak saya sangat Jawa," kata Irwan Mussry.
Selain konsultan untuk kedutaan Australia, ayah Irwan Mussry juga seorang pebisnis otomotif yang lantas merambah bisnis jam tangan.
Nampaknya kemampuan berbisnis sudah menjadi takdir dan mengalir di dalam diri Irwan Mussry yang kini dikenal sebagai pengusaha kaya raya.
Bagaimana tidak? Irwan Mussry sudah mempelajari dan mengenal cara berbisnis sejak masih kecil.
Sejak Irwan Mussry masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia sudah sering mendengar cerita seputar bisnis ayahnya.
Irwan Mussry pun merasa ketertarikannya dengan cerita seputar perdagangan semasa kecil terdengar sangat aneh.
Saat anak-anak seumurannya lebih tertarik bermain, ia justru lebih senang bermain sambil mendengar cerita bisnis ayahnya.
"Saya senang mendengarkan ayah bercerita tentang bisnisnya. Memang agak aneh ya, di masa anak-anak masih asyik dengan mainan. (Tapi) bukan berarti (saya) tidak suka mainan.
Tapi mendengarkan ayah dan mainan itu sama asyiknya. Saya memang senang mendengarkan cerita, apapun ceritanya termasuk bisnis kalau memang bagus ya saya suka," kata Irwan Mussry.
Sampai akhirnya Irwan Mussry tak sadar kebiasaannya melihat dan mendengar cerita ayahnya seputar bisnis justru menumbuhkan kepekaannya menjadi pengusaha.
"Berdagang adalah cita-cita saya sejak kecil," ujarnya.
Karena itu, Irwan Mussry sudah mulai berpikir caranya mendapatkan dan memutarkan uang sejak duduk di bangku SMP.
'I like to make money' itu kata Irwan Mussry yang selalu berpikir gimana mendapatkan uang lalu memutarkannya.
Cerita-cerita bisnis dari ayahnya itu tak hanya menjadi bekal Irwan Mussry dalam berproses sebagai pengusaha sukses dan kaya raya.
Tetapi, kebersamaanya dengan sang ayah bercerita seputar bisnis juga salah satu kenangan Irwan Mussry bersama sang ayah.
Ayah Irwan Mussry meninggal dunia ketika usianya masih 8 tahun dan kenangannya bersama sang ayah yang membuatnya tumbuh menjadi laki-laki kuat serta bertanggung jawab. (Grid.ID)