Bisa Menjadi Apa saja Mulai Menyamar sebagai Warga Lokal hingga Petani, Beginilah Jejak Ali Kalora Diduga Dalang dalam Pembantaian 1 Keluarga di Sigi, Sulawesi Tengah

Rabu, 02 Desember 2020 | 19:30
Kolase YouTube dan KOMPAS.COM/ERNA DWI LIDIAWATI

Kelompok separatis pimpinan Ali Kalora

Suar.ID -Nama Ali Kalora mendadak menjadiburon yang paling dicari oleh aparat di Indonesia.

Hal ini terjadi karenapimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) ini diduga kuat terlibat pembunuhan satu keluarga di Dusun St.2 Lewono, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi pada Jumat (27/11/2020).

Sekretaris Desa Lemban Tongoa, Rifai mengatakan, di hari kejadian ada delapan orang yang tak dikenal mendatangi rumah Ulin pada Jumat pukul 09.00 Wita.

Mereka menyandera Ulin dan keluarganya.

Baca Juga: Dikenal Sangat Sadis Dan Tak Kenal Ampun, Baru Saja Penggal Kepala Satu Keluarga Hingga Bakar 7 Rumah Warga, Sosok Ini Ternyata Mantan Kepercayaan Teroris Paling Dicari Di Indonesia

Lalu delapan orang tak dikenal itu membunuh korban Yasa dan Pino Nei.

Tiga orang pelaku membawa senjata api laras panjang dan dua senjata api genggam.

Ulin lari menyelamatkan diri ke Desa Lembontonga.

Total ada empat anggota keluarga Ulin yang dibunuh.

Baca Juga: Dicap Kelompok Teroris Paling Bengis Penggal Satu Keluarga dan Bakar 7 Rumah di Sigi, Terungkap Sosok Inilah Dalang di Baliknya!

Mereka adalah pasangan suami istri, anak, dan menantu.

Selain itu, ada enam rumah yang dibakar.

Warga sekitar dusun yang mengetahui kejadian tersebut melarikan diri ke Desa Kemban Tongoa karena takut.

Sementara itu, para pelaku mengambil 40 kilogram beras dan membakar kendaraan bermotor.

Baca Juga: Inilah Profil Ali Kalora, Pimpinan Kelompok Separatis MIT yang Tembak Mati Anggota Anggota Brimob setelah Salat Jumat

Ada sembilan KK atau sekitar 50 orang dari berbagai suku yang tinggal di lokasi tersebut.

Kepada saksi, polisi kemudian memperlihatkan foto pada DPO teroris MIT, salah satunya Ali Kalora yang disebut sebagai pimpinan MIT.

Menurut Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Abdul Rakhman Baso, saksi membenarkan foto tersebut.

"Saya luruskan tidak ada gereja yang dibakar, bukan gereja, hanya ada satu rumah yang kadang dipakai untuk melayani umat," kata Kapolda.

Baca Juga: Polri-TNI Bersatu untuk Buru Kelompok Teroris MIT di Sulteng yang Meresahkan Warga

Pimpinan tertinggi MIT sejak tahun 2016

Tribunnews
Tribunnews

Inilah rekam jejak pemimpin MIT, Ali Kalora.

Ali Kalora menjadi pemimpin MIT sejak 2016 menyusul ditangkapnya pentolan MIT, Basri alias Bagong pada 2016.

Di tahun yang sama, Santoso alias Abu Wardah tewas dalam penyergapan aparat keamanan 2016 lalu.

Sementara itu pada Februari 2019, polisi menyebut ada tambahan satu orang anggota baru dalam kelompok Ali Kalora, yakni anak kandung pimpinan terdahulu MIT, Santoso.

Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo pada Kamis (14/2/2019).

"Satgas berhasil mengidentifikasi satu orang DPO lagi yang ikut bergabung ke kelompok Ali Kalora, yaitu anak kandung Santoso," kata Dedi.

Anggota baru MIT tersebut masuk dalam DPO.

Terkait perekrutan anak kandung Santoso, Dedi mengatakan hal itu masih dalam proses penelurusan.

"Antara direkrut dan inisiatif sendiri karena datang ke hutan."

"Ali Kalora ini lagi diidentifikasi dan nanti akan segera diterbitkan DPO," kata dia.

Selain mengidentifikasi anggota baru, Satgas juga telah menangkap seorang kurir yang diduga terafiliasi dengan kelompok tersebut.

"Satgas menangkap kurir simpatisan DPO."

"Ini sudah dilakukan penangkapan kurir-kurirnya dan dalam pemeriksaan," ujar Dedi.

Para kurir diketahui bertugas membawa logistik untuk kelompok tersebut dengan menggunakan karung dan dipikul.

Dedi mengatakan, logistik tersebut dibawa dengan cara dipikul karena jalur di daerah tersebut terbatas.

Baca Juga: Makin Memanas! Presiden Suriah tuding Erdogan telah Mendukung Teroris di Libya

Istri ditangkap, 2 anak buah tewas ditembak

via Kompas.com

Dua terduga teroris jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dipimpin Ali Kalora di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Bojes dan Aziz tewas setelah kontak senjata dengan Satgas Tinombala.

Pada 29 Juli 2020, L alias Ummu Syifa istri Ali Kalora ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri.

Ia ditangkap di Jembatan Puna, Kasiguncu, Poso Pesisir Selatan, Sulawesi Tengah.

Menurut keterangan polisi, L menyembunyikan informasi mengenai keberadaan anggota kelompok tersebut.

“(L) menyembunyikan informasi tentang keberadaan kelompok teroris yang sudah ditetapkan di dalam daftar pencarian orang,” ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Selasa (18/8/2020).

Peran L lainnya adalah bergabung dengan kelompok MIT selama 23 hari.

Di hari yang sama, Densus 88 juga menangkap anggota kelompok MIT yang lain dengan inisial YS Kalora (21) di Desa Tangkura, Poso, Sulawesi Tengah.

Dari keterangan polisi, YS berperan mengantarkan calon anggota kelompok MIT hingga logistik untuk kelompok teroris tersebut.

“Mengantarkan Iman ke daerah Tangkura untuk bergabung dengan kelompok MIT."

"Kedua, berencana mengantarkan uang sebesar Rp 1.590.000 dan makanan atau kue kepada kelompok MIT,” tutur Awi.

Empat bulan setelah Ummu Syifa ditangkap, terjadi kontak tembak antara Satgas Tinombala di Desa Bolano Barat, Kecamatan Bolana, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Peristiwa tersebut terjadi pada pertengahan November 2020.

Saat kontak tembak terjadi, dua terduga anggota MIT yang dipimpin Ali Kalora tewas.

Mereka adalah Bojes alias Aan alias Wahid dan Aziz.

Bojez dan Aziz sudah lama masuk DPO.

Bahkan, polisi sudah menyebarkan foto mereka di media sosial.

Selain Bojes dan Azis, ada 13 anggota MIT yang masuk dalam DPO.

Sebelumnya, sejak Kamis (5/11/2020) polisi dan anggota TNI menyisir rumah warga dan hutan di Kelurahan Mamboro Barat, Palu karena ada informasi jika anggota MIT berkeliaran.

Baca Juga: Terciduk Berhubungan Intim dengan Istri Orang, Diktator Pemakan Daging Manusia Ini Ngacir dalam Keadaan Bugil!

Setia pada ISIS

Pada April lalu, seorang petani menjadi korban.

Aksi itu direkam oleh kelompok Ali Kalora dan disebarkan ke kelompok jihadis di Indonesia dan luar negeri.

Tujuannya, untuk memberitahu kelompok teror di luar negeri tentang keberadaan mereka dengan harapan akan mendapat bantuan logistik dan sebagai bukti mereka tetap setia kepada ISIS (kelompok yang menamakan diri Negara Islam).

Karena itu, baginya, tidak ada jalan lain selain menyiapkan pasukan khusus.

(Tribun Ternate)

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber : Tribun Ternate

Baca Lainnya