Dikenal Sangat Sadis Dan Tak Kenal Ampun, Baru Saja Penggal Kepala Satu Keluarga Hingga Bakar 7 Rumah Warga, Sosok Ini Ternyata Mantan Kepercayaan Teroris Paling Dicari Di Indonesia

Selasa, 01 Desember 2020 | 20:30
Via Surya

Ali Kalora, Pimpinan Kelompok Separatis MIT. ( Kolase Kompas TV dan Wikipedia)

Suar.ID -Teror mengerikan terjadi Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Satu keluarga dipenggal kepalanya dan tujuh rumah dibakar oleh kelompok tak dikenal.

Setelah dilakukan penyelidikan, pelaku pembantaian ini mengarah ke satu kelompok: Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Ali Ahmad atau dikenal sebagai Ali Kalora.

Siapa sebenarnya Ali Kalora?

Baca Juga: Polri-TNI Bersatu untuk Buru Kelompok Teroris MIT di Sulteng yang Meresahkan Warga

Apa hubungan dengan dengan salah satu orang yang pernah paling dicari di Indonesia, Santoso?

Teror kembali terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah.

Tepatnya teror terjadi di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Satu keluarga dan 7 rumah dibakar pelaku teror.

Kelompok jaringan Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora dituding aparat di balik kasus tersebut.

"Saat ini sudah ada back up kurang lebih 100 orang pasukan dari Satgas Tinombala, Brimob Polda Sulteng dan TNI untuk melalukan pengejaran terhadap kelompok Ali Kalora tersebut," ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono, Sabtu (28/11/2020).

Baca Juga: Indonesia Berduka: Viral Video Pelayat Histeris Sembari Memeluk dan Mengusap Peti Mati Korban Teroris MIT

Sepak Terjang Ali Kalora

Ali Kalora disebut-sebut pimpinan MIT menggantikan Santoso.

Ali Kalora dan kelompoknya diduga bersembunyi di hutan belantara di sekitar Kabupaten Poso dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Setelah Santoso tewas pada tanggal 18 Juli 2016, dirinya diduga menggantikan posisi Santoso sebagai pemimpin di kelompok MIT bersama dengan Basri.

Kolase YouTube dan KOMPAS.COM/ERNA DWI LIDIAWATI
Kolase YouTube dan KOMPAS.COM/ERNA DWI LIDIAWATI

Kelompok separatis pimpinan Ali Kalora

Setelah Basri ditangkap oleh Satgas Tinombala, Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian pada 2016 menetapkan Ali Kalora sebagai target utama dari Operasi Tinombala.

Ali Kalora lahir di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso.

Ia memiliki seorang istri yang bernama Tini Susanti Kaduka, alias Umi Farel.

Nama "Kalora" pada namanya, diambil dari desa tempatnya dilahirkan, sehingga nama Ali Kalora seringkali digunakan di media massa.

Baca Juga: Terciduk Berhubungan Intim dengan Istri Orang, Diktator Pemakan Daging Manusia Ini Ngacir dalam Keadaan Bugil!

Ali Kalora merupakan salah satu pengikut senior Santoso di kelompok Mujahidin Indonesia Timur.

Setelah kematian Daeng Koro—salah satu figur utama dalam kelompok MIT, Ali dipercayakan untuk memimpin sebagian kelompok teroris yang sebelumnya dipimpin oleh Daeng Koro.

Faktor kedekatannya dengan Santoso dan kemampuannya dalam mengenal medan gerilya membuat ia diangkat menjadi pemimpin.

Peneliti di bidang terorisme intelijen dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, berpendapat bahwa Ali Kalora adalah sosok penunjuk arah dan jalan di pegunungan dan hutan Poso.

Ini karena Ali merupakan warga asli dari Desa Kalora, Poso, sehingga dirinya diyakini telah menguasai wilayah tempat tinggalnya.

Menurut Kapolda Sulawesi Tengah saat itu, Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi, Ali Kalora adalah sosok radikal senior di kalangan gerilyawan di Poso.

Ia menyebut bahwa Ali Kalora berpotensi menjadi "Santoso baru" karena latar belakang pengalamannya yang cukup senior.

Baca Juga: Pantas Sekarang Jadi KSAD TNI Angkatan Darat, Menantu Hendropriyono Ini Ternyata Pernah Ringkus Tangan Kanan Gembong Teroris Dunia Ini

Meski demikian, ia yakin kekuatan gerilya di bawah kepemimpinannya tidak akan sebegitu merepotkan dibandingkan Santoso.

Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian menilai bahwa Ali tidak memiliki kemampuan kepemimpinan yang sama dengan Santoso dan Basri, begitu pula dengan spesialisasi dan militansi.

Di sisi lain, Peneliti The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya, sempat membeberkan beberapa informasi tentang kelompok Ali Kalora

Menurut informasi, kelompok Ali Kalora hanya terdiri dari 10 orang, namun mereka memiliki militansi dan daya survival tinggi.

Mereka mampu bertahan hidup di hutan dengan berburu ditambah sokongan logistik dari para simpatisan yang bermukim di bawah pegunungan Poso.

Tribun Timur via Handover/Kompas (Mansur K103-15)
Tribun Timur via Handover/Kompas (Mansur K103-15)

Ali Kalora dan Foto Dokumentasi Apel Pasukan BKO Brimob Kelapa Dua Mabes Polri Untuk Operasi Tinomba

Dikenal Kejam

Ali Kalora dikenal sadis.

Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa saat masih menjabat Komandan Jenderal Kopassus mengungkap sadisnya perbuatan yang dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Pimpinan Ali Kalora kepada masyarakat di Poso.

Ia mengungkap, kelompok Ali Kalora tak segan mengancam, menyandera, bahkan membunuh masyarakat di Poso.

Menurut Cantiasa mereka akan melakukan hal tersebut kepada masyarakat biasanya untuk mendapatkan logistik dan makanan.

"Masyarakat ini diancam dan sebagainya kalau tidak menyerahkan makanan atau logistik itu ya dibunuh di sana. Dan tidak main-main, mereka membunuh itu dengan sadis. Semua modusnya itu dengan potong leher," kata Cantiasa dalam tayangan Podcast Puspen TNI di kanal Youtube resmi Puspen TNI yang diunggah pada Senin (17/8/2020) lalu.

Cantiasa pun mengungkapkan pembunuhan Agus Balumba, seorang petani di Desa Sangginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, dilakukan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora pada Agustus 2020 lalu.

Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Syafril Nursal memastikan pelaku pembunuhan terhadap Agus Balumba adalah kelompok bersenjata itu juga merampas sejumlah barang milik korban seperti jam tangan dan ponsel.

"Dari hasil kajian kita, dan barang bukti yang kita temukan, kejadian itu dilakukan oleh kelompok MIT. Dan perbuatan itu sangat keji, sadis dan kejam," kata Syafril di Mapolda Sulteng, Selasa (11/8/2020).

Syafril mengatakan, ada tujuh sampai 10 orang yang terlibat dalam pembunuhan petani tersebut.

Mereka adalah orang yang masuk dalam daftar pencarian orang oleh Satgas Operasi Tinombala.

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad