Foto Satelit AS Tangkap Fakta Baru, Bukti Nyata China Banyak Bohong dan Tutup-tutupi Virus Corona, WHO Kecolongan?

Rabu, 10 Juni 2020 | 17:15
Kolase ABC7 dan Shin Chew

Foto satelit jadi bukti nyata China tutupi soal virus corona.

Suar.ID -Pandemi virus corona atau Covid-19 yang berasal dari China masih menjadi masalah serius di seluruh penjuru dunia.

Termasuk negara adi daya Amerika Serikat yang kewalahan menghadapi ganasnya penyebaran virus corona.

Sejumlah tudingan buruk pun terus dikeluarkan Amerika Serikat kepada China soal wabah virus corona.

Tudingan Amerika Serikat yang menyebut China selama ini menyembunyikan hal-hal seputar pandemi virus corona, termasuk awal kemunculan Covid-19 mendekati kebenaran.

Baca Juga: Kini Sukses jadi Presenter Ternama Tanah Air, Siapa Sangka Sosok Ini Pernah Lakukan Kenakalan Ini Hingga Ingin Tampar Diri Sendiri

Foto citra satelit menunjukkan kota Wuhan disinyalir sudah merebak virus corona sejak sekitar September 2019 lalu.

Ya, data citra satelit ini menunjukkan kemungkinan virus corona muncul sejak bulan September 2019.

Sementara China baru melaporkan kasus corona pada organisasi kesehatan dunia, WHO, pada akhir Desember 2019.

Andai saja dilaporkan ke WHO sejak awal mula kemunculannya, pandemi takkan merongrong seluruh dunia seperti sekarang.

Baca Juga: Larang Anaknya Buka Jati Diri sebagai Anak Pejabat Tinggi, Putri Mahfud MD Pernah Dikira dari Keluarga Tak Mampu hingga Diberi Susu oleh Dosen

Begitulah. Penyebaran virus corona hingga saat ini masih menjadi perdebatan sengit dan belum menemukan hasil atas asal usul penularan pertama kalinya.

Pemberitaan sebelumnya, Wuhan, China, menjadi kota pertama yang ditemukannya virus ini.

Di daerah tersebut, Covid-19 telah menginfeksi 7 juta orang dan telah merenggut nyawa orang lebih dari 400 ribu orang di dunia.

Pemerintah China telah menginformasikan wabah ini kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Desember 2019.

Negeri Paman Sam, Amerika Serikat menuding China menutup-nutupi ketika virus corona ini merebak pertama kali di Wuhan.

Baca Juga: Datang-Datang Minta Uang, Anak Tega Gorok Leher Ibu Kandungnya Setelah Dengar Ucapan Terakhir Korban: Biar Ibu dapat Surga

Mereka mempercayai virus ini sudah menyebar jauh sebelum Desember, meski dibantah oleh China.

Tak jauh beda dengan Amerika Serikat, penelitian dilakukan di Harvard Medical School menunjukkan adanya kemungkinan, virus corona pertama kali di Wuhan sejak September 2019.

Hal tersebut diperoleh melalui data satelit dengan mengamati lonjakan lalu lintas di sekitar lima rumah sakit besar di Wuhan.

Melansir ABC7, pemimpin penelitian sekaligus Profesor Harvard Medical, Dr. John Brownstein, timnya telah menganalisa peningkatan tersebut dari satelit komersial.

“Tim peneliti menganalisa citra satelit komersial dan menemukan peningkatan signifikan dari lalu lintas di luar lima RS besar di Wuhan mulai akhir musim semi (September) dan awal musim gugur (Oktober) pada 2019,” kata Brownstein, Selasa (9/6/2020).

Namun pihak ABC7 tak menampilkan foto-foto hasil tangkapan satelit tersebut.

Profesor tersebut juga mengatakan bahwa lonjakan lalu lintas di sekitar RS ini sejalan dengan meningkatnya pencarian melalui internet.

Kendati demikian, ia mengakui bahwa hal tersebut tidak bisa dibuktikan.

Penelitian yang dilakukannya ini juga menjadi data penting terbaru terkait misteri asal usul corona.

Kolase bloomberg dan NASA
Kolase bloomberg dan NASA

NASA Merilis Foto-Foto Satelit Daratan China Sejak Dilanda Wabah Virus Corona, Fakta Menakjubkan Terungkap

“Sesuatu terjadi pada Oktober.

"Terlihat jelas ada gangguan sosial yang terjadi sebelum akhirnya diidentifikasi sebagai permulaan dari pandemi virus corona,” kata Brownstein.

Penelitian dilakukan selama lebih dari satu bulan oleh Brownstein dan tim, termasuk peneliti dari Boston University dan Boston Children's Hospital.

Baca Juga: Viral, Pendeta asal Indonesia Ini Ikut Unjuk Rasa atas Kematian George Floyd di AS, Ini Pesan yang Ia Sampaikan

Mereka mengamati berbagai tanda jejak kapan pemerintah mulai memberlakukan protokol kesehatan yang begitu ketat terhadap warga di Provinsi Hubei.

Logika peneliti bermula dari penyakit pernapasan yang dialami.

Ini berdampak terhadap perilaku di komunitas yang menjadi tempat penyebarannya.

Dengan demikian, gambar yang menunjukkan pola perilaku tersebut bisa menjelaskan peristiwa yang sedang terjadi.

Walaupun, orang-orang yang sakit tak sadar dengan masalah yang lebih besar yang mungkin mengintai mereka.

“Apa yang kami lakukan adalah melihat aktivitas, seberapa sibuk RS.

"Kami menganalisanya dengan menghitung jumlah mobil di RS, karena parkiran akan penuh seiring dengan sibuknya RS,” ucap Brownstein.

Brownstein kemudian memberikan suatu pemikiran dari aktivitas di parkiran tersebut.

“Semakin banyak mobil terparkir di RS, maka semakin sibuk, seperti sesuatu sedang terjadi di komunitas tersebut, infeksi meningkat dan orang-orang harus memeriksakannya ke dokter.

"Jadi, tingkat kesibukan RS bisa dilihat melalui mobilnya, dan kami melihat hal ini dari berbagai institusi,” lanjutnya.

Hamir 350 foto yang didapat tim peneliti dari satelit dengan meninjau lalu lintas dan parikiran di luar rumah sakit besar di Wuhan dalam dua tahun terakhir.

Foto-foto tersebut diambil setiap pekan selama musim gugur 2019.

Pada 10 Oktober 2018, peneliti mencatat ada 171 mobil yang terparkir di Rumash Sakit Tianyou, Wuhan.

Pada tahun berikutnya terjadi lonjakan.

Tercatat ada 285 mobil yang terparkir atau bertambah 67 persen.

Di rumah sakit lain, adanya peningkatan 90 persen dengan komparasi data pada tahun 2018 dengan 2019.

Baca Juga: Begini Cara Terbaik Menyiasati Berbelanja saat New Normal selama Pandemi

Kemudian, tercatat adanya peningkatan jumlah mobil yang ditemukan pada pertengahan 2018 di Wuhan Tongji Medical.

Pernyataan dari Presiden RS Metrics, Tom Diamond bahwa pada 31 Desemeber 2019, Wuhan mengalami masalah kesehatan beberapa bulan sebelum pemerintah China mengumumkan kepada publik perihal suatu penyakit menular yang disebut sebagai pneumonia di Wuhan Municipal Health Commission.

“Di semua RS besar di Wuhan, kami melihat adanya lonjakan lalu lintas dalam dua tahun selama September hingga Desember 2019,” ucap Diamond yang menjadi salah satu tim peneliti.

Meski demikian, hasil dari penelitian yang telah dilakukan ini dianggap kurang meyakinkan.

Data yang disajikan cenderung sugestif menurut David Perlin, Kepala Medis di Center for Discovery and Innovation, New Jersey.

“Saya pikir beberapa metode yang dipakai dapat dipertanyakan dan interpretasi mereka agak sedikit berlebihan.

"Masalahnya adalah kita hanya memiliki sebagian data.

"Saya selalu khawatir ketika orang mulai mengambil kesimpulan hanya melalui sebagian data, kesalahan data (seperti pencarian internet). Itu semua sugestif,” pungkas Perlin.

Artikel ini telah tayang di Tribun STyle dnegan judul TUDINGAN Amerika Sebut China Banyak Bohong Soal Corona Terbukti, Lihat Foto Satelit, WHO Kecolongan!

Editor : Rina Wahyuhidayati

Sumber : Tribun Style

Baca Lainnya