Suar.ID -Muncul hasil temuan baru soal virus corona yang beredar di Indonesia.
Tipe virus corona Covid-19 yang menyebar di Indonesia disebut berbeda dengan 3 jenis virus Covid-19 di dunia.
Hal ini disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro.
Melansir Kontan.co.id, Selasa (5/5/2020), kesimpulan itu berdasar hasil analisis genom virus corona atau Whole Ghenome Sequencing (WGS) yang dikirim Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke portal GISAID.
Baca Juga: Bagaikan Angin Segar, Vaksi Virus Corona Diperkirakan akan Siap pada Bulan September!
GISAID, singkatan dari Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data, merupakan inisiatif kerjasama antara pemerintah Jerman dengan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan akses terhadap berbagai informasi genetik virus-virus yang menyebabkan epidemi seperti flu.
GISAID telah mengumpulkan data Covid-19 dari berbagai negara.
Sejauh ini, sebagian besar tipe Covid-19 yang ditemukan di dunia berjenis S, G, atau V.
Sementara di Indonesia, Bambang menyebut tipe Covid-19 yang menyebar di Tanah Air tidak termasuk dalam tiga tipe tersebut.
Baca Juga: Kabar Bahagia, Para Peneliti Beberkan Vaksin Corona Siap Produksi Massal Sebentar Lagi di Bulan Ini!
"Di luar 3 tipe itu ada yang disebut dengan tipe lain, atau yang belum terindentifikasi."
"Ternyata WGS yang dikirim Indonesia termasuk kategori lainnya, jadi tidak termasuk kategori S, G, maupun V," kata Bambang dalam rapat gabungan dengan DPR, Selasa (5/5/2020).
Meski begitu, Bambang menyebut, hasil yang didapatkan ini merupakan langkah awal.
Menurutnya, Indonesia akan mengirimkan lebih banyak lagi WGS untuk melihat kategori seperti apa virus Covid-19 yang ada di Indonesia.
Tipe virus berbeda, apa jenis vaksin juga berbeda?
Dengan jenis atau tipe virus corona yang beragam di dunia, kemudian muncul pertanyaan baru.
Apakah nantinya vaksin untuk melawan Covid-19 juga akan berbeda?
"Tergantung", begitu jawaban peneliti post doktoral LBM Eijkman, Pradiptajati Kusuma, saat ditemui oleh Kompas.com.
Dia menjelaskan lebih lanjut, prinsip vaksin dilihat dari protein yang berada di permukaan virus, yang dapat dikenali oleh antibodi manusia.
"Asam amino itu berlipat-lipat atau terdiri dari lipatan-lipatan sehingga menjadi satu protein."
"Asam amino itu ada yang berada di luar, dalam artian terekspos ke luar lingkungan, ada yang terlipat berada di dalam, tidak terkespos lingkungan," terangnya.
"Jadi yang berada di dalam, tidak akan bisa dikenali antibodi, sedangkan yang berada di luar, yang terekspos di luar, itu yang bisa dikenali antibodi," sambungnya.
"Nah, apabila variasi berada di luar permukaan, maka akan susah."
"Namun jika variasi (protein) berada di dalam, mungkin masih aman dan bisa menjadi target vaksin," terangnya.
"Oleh sebab itu, untuk melihat vaksin biasanya dilihat dari asam amino yang seragam di semua kelompok dan dilihat dari konfigurasi protein, apakah dia berada di dalam atau di luar."
"Jadi yang menjadi target vaksin biasanya yang berada di luar tapi seragam di semua region (kelompok jenis virus).
"Itu yang menjadi target vaksin," ujarnya.
Hal inilah yang masih diteliti lebih jauh oleh para peneliti, bagaimana sebenarnya karakteristik virus corona yang ada di seluruh dunia.
(Tribunnews)