Suar.ID -Jangan pernah macam-macam dengan wanita cantik satu ini karena reputasinya sebagai sniper sudah enggak diragukan lagi.
Dialah Jonna Palani, yang mana kecantikannya dijamin akan merusak persepsi kita tentang seorang sniper alias penembak jitu.
Sniper, biasanya, dalam benak kita, bertubuh kekar, berwajah dingin, dan misterius.
Tapi tidak dengan Joanna.
Dia seorang perempuan ... dan punya paras yang amat cantik.
Joanna blasteran Kurdi-Denmark.
Daily Mail pernah melaporkan, dia rela meninggalkan bangku kuliah untuk bertempur melawan ISIS.
Berbekal senapan SVD Dragunov dan Kalashnikov kesayangannya, Joanna dilaporkan pernah menghabisi sekitar 100 nyawa kombatan ISIS.
Baik itu di Irak maupun di Suriah.
Atas prestasinya ini, Joanna jadi sniper kebanggaan Batalion YPG.
Ia adalah bagian dari Angkatan Bersenjata Pemerintah Regional Kurdistan di Irak.
Dengan pakaian kamuflase, ia biasa “berburu” pada malam hari, dari tempat-tempat sepi, berbekal teropong termal, granat, dan makanan kecil.
Pengalaman buruk semasa kecil di pengungsian dan kerasnya perjuangan keluarganya (orang-orang Kurdistan) dalam peperangan di Irak, telah membentuk pribadi Joanna.
Dia tumbuh menjadi perempuan yang berbeda dari perempuan pada umumnya.
Pada usia empat tahun, dia sempat diungsikan ke Denmark untuk mendapatkan pendidikan yang baik.
Namun keinginannya untuk menguasai senapan tak kuasa ditepis ketika kakeknya mengajaknya berlatih menembak pada usia sembilan tahun.
Darahnya selalu mendidih setiap kali mendengar berita pejuang ISIS.
Lebih-lebih ketika organisasi penebar teror itu memperlakukan anak-anak dan perempuan dengan amat buruk.
Pada 2014 dia memutuskan pergi ke Irak.
Keluarganya di Kurdistan hanya bisa geleng-geleng kepala.
“Para penempur ISIS adalah mesin pembunuh, namun sejujurnya amat mudah untuk menjatuhkan mereka,” ungkapnya kepada Daily Mail.
Pimpinan ISIS bukannya tak menyadari bahwa Kurdi punya mesin pembunuh yang agak unik tersebut.
Untuk itu, mereka telah mengumumkan bahwa kepada siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Joanna Palani, akan diberi hadiah sebesar 1 juta dolar.
Ya kalau dirupiahkan sekitar Rp13 miliar.
"ISIS memang sangat ingin menangkap saya, lalu menjadikan saya budak seks,” ungkapnya kepada Daily Mail.
Informasi keganasan sniper Joanna tampaknya sengaja dihembuskan untuk menurunkan moral pejuang garis keras ISIS.
Di lain pihak, informasi ini juga memancing berbagai media di Eropa untuk menguak kisah perjuangannya.
Kesempatan muncul ketika badan intelijen Denmark (P.E.T) menangkap Joanna pada Desember 2016.
Nick Fagge dan Lara Whyte dari Daily Mail Online berhasil mewawancarai The Most Wanted Woman Sniper ini tak lama setelah dibebaskan dari penjara akhir Januari lalu.
P.E.T. bermaksud “mengamankan” sang sniper, tapi pihak kejaksaan tampaknya tak mau ambil risiko.
Baca Juga: Kisah Roza Shanina, Sniper Tercantik dan Terjitu Uni Soviet yang Kisah Asmaranya Berakhir Tragis