Suar.ID -Belum lama ini Arab Saudi dikabarkan beberapa hukuman yang dimilikinya.
Mulai dari hukuman cambuk hingga eksekusi mati bagi anak di bawah umur.
Eksekusi mati untuk pelaku kejahatan dibawah umur 18 tahun ini tak diizinkan karena hal ini melanggar Konvensi Anak PBB.
Padahal Arab Saudi telah mengeksekusi 184 orang pada tahun 2019 ini.
Termasuk sedikitnya satu anak di bawah umur.
Seperti yang diketahui, Arab Saudi menerapkan hukum Islam dengan ketat.
Termasuk diantaranya rajam, cambuk, potong tangan, dll.
Tak cuma itu, Arab Saudi juga diketahui melakukan eksekusi mati dengan cara tradisional yaitu penggal kepala.
Dilansir Intisari.ID via The Guardian, seorang pria bernama Muhammad Saad Al-Beshi yang mengaku sebagai algojo pernah membagikan kisahnya.
Sebagai seorang eksekutor negara di Arab Saudi, ia mendapatkan gaji yang layak, jam kerja yang fleksibel, dan bahkan paket tunjangan terbaik.
Karirnya ini diawali pada tahun 1998.
Saat itu Al-Beshi mendapatkan pekerjaan pertamanya di Jeddah.
Baca Juga: KABAR DUKA: Erwin Prasetya, Eks Basis Dewa 19 Meninggal Dunia
"Penjahat itu diikat dan ditutup matanya. Dengan satu pukulan pedang aku memutuskan kepalanya," begitulah Al-Beshi menceritakan pengalaman pertamanya.
"Tentu saja aku gugup, memang ada banyak orang yang menonton tetapi sekarang demam panggunghanyalah sesuatu dari masa lalu," sambungnya.
Ia pun mengungkapkan kalau dirinya tenang di tempat kerjanya dan melakukan pekerjaan Tuhan.
"Aku tidak tahu mengapa mereka datang dan menonton, jika mereka tidak memiliki keinginan untuk itu, apa mereka pikir orang takut padanya?" kata Al-Beshi.
"Di negara ini kita memiliki masyarakat, yang mengerti hukum Tuhan," tambahnya.
"Tidak ada yang takut padaku, aku punya banyak kerabat dan banyak teman di masjid, dan aku menjalani kehidupan yang normal sama seperti orang lain," imbuhnya.
Sebelum eksekusi, ia akan mengunjungi keluarga korban, penjahat untuk mendapatkan ampunan bagi pria yang akan dieskekusi.
"Aku selalu memiliki harapan, sampai menit terakhir dan aku berdoa pada Tuhan untuk memberikan penjahat kehidupan baru, aku selalu menjaga harapan itu tetap hidup," Jelas Al-Beshi.
Al-Beshi tak bisa mengungkapkan berapa banyak uang yang dia dapatkan untuk melakukan eksekusi ini.
Ini karena hal tersebut merupakan perjanjian rahasia dirinya dengan pemerintah.
Namun, ia menegaskan kalau bayaran ini tidaklah penting.
Karena yang terpenting bagi dia adalah pekerjaannya ini membuatnya bangga karena melakukan pekerjaan Tuhan.
"Saya sangat bangga melakukan pekerjaan Tuhan," Kata Al-Beshi.
Ia pun mengungkapkan kalau pedang kebanggannya yang biasa ia gunakan untuk eksekusi ini bernilai sekitar 20.000 riyal atau sekitar Rp 75 juta.
"Ini hadiah dari pemerintah. Aku merawatnya dan menajamkannya sesekali dan memastikan untuk membersihkannya dari noda darah," katanya.
"Ini sangat tajam, orang-orang bahkan kagum betapa cepatnya aku dapat memisahkan kepala dari tubuh tereksekusi," tambahnya.
Bagi Al-Beshi, mereka tereksekusi menyerahkan diri mereka sebelum dibunuh meskipun mungkin mereka berharap untuk diampuni.
Saat melakukan eksekusi, satu-satunya percakapan yang terjadi adalah ia mengatakan kepada tahanan untuk mengatakan Syahadat sebelum dieksekusi.
"Hati dan pikiran mereka terangkat, dengan melafalkan Syahadat ketika mereka sampai di alun-alun, lalu aku membaca perintah eksekusi, dan dengan sinyal aku memotong kepala tahanan," katanya.
Tidak ada perbedaan yang mendasar antara mengeksekusi pria dan wanita.
Kecuali wanita yang mengenakan jilbab, tidak ada yang diizinkan di dekat mereka, sebelum waktu eksekusi tiba.
Saat mengeksekusi wanita, ia memiliki pilihan senjata, "itu tergantung senjata apa yang mereka inginkan, terkadang pedang atau senjata lainnya, namun sebagian besar menggunakan pedang."