Padahal Sudah Hidup Mapan, Bule Asal Norwegia ini Pilih Hidup Bersama Suku Pedalaman Indonesia di Hutan, Begini Kisahnya...

Senin, 20 April 2020 | 18:15
Kolase: Audun Amundsen

Pria Asal Nurwegia hidup di hutan bersama suku mentawai

Suar.ID -Setiap orang pasti ingin hidupmapandi era modern ini.

Bahkan tak jarang orang melakukan berbagai cara demi mendapatkanhidup mapan ini.

Namun apa yang terjadi jika orang yang sudah hidup mapan ini malah meninggalkan hal tersebut dan malah hidup di pedalaman hutan?

Percaya atau tidak, hal itu menjadi pilihan beberapa orang yang ingin mencari makna dalam hidupnya.

Baca Juga: Dulu Gajinya cuma UMK, Wanita Cantik Ini Kini Hasilkan Rp 84 Miliar dalam Setahun Gara-gara Hal sepele Ini

Seperti seorang insinyur anjungan minyak ini, ia meninggalkan hidupnya yang nyaman di Norwegia.

Dia memilih untuk hidup di antara suku semi-nomaden di Indonesia.

Dia mengatakan waktunya berada di antara orang-orang Mentawai seperti berada di dalam "dunia yang hilang."

Melansir Daily Star, Minggu (19/2/2020), Audun Amundsen pertama kali pergi untuk tinggal dengan suku Mentawai di Indonesia barat ketika berusia 24 tahun.

Baca Juga: Ngeri, Polisi Ini Temukan Potongan Daging Manusia di Warung Makan Mie, Fakta di Baliknya Bikin Merinding!

Dia berhenti dari pekerjaannya yang bergaji tinggi di rig minyak Laut Utara.

Ia pun melakukan perjalanan ke seluruh dunia - dari India, melalui Nepal, dan kemudian Indonesia.

Akhirnya dia pun sampai di Padang, Sumatra Barat.

Audun mengatakan dirinya ingin keluar jalur dan pergi sejauh mungkin dari budayanya sendiri.

Baca Juga: Disebut Lakukan Pelecehan Seksual, Penyanyi Ini Berikan Klarifikasi di Media Sosial: Maaf atas Kelalaian yang Saya Perbuat

Dia mendengar tentang Mentawai, yang masih hidup seperti manusia ribuan tahun yang lalu, yang jauh dari budaya kehidupan perkotaan.

Dia melakukan perjalanan ke Pulau Siberut, dan akhirnya tinggal di antara orang-orang suku, hidup seperti mereka.

"Saya pergi ke pulau ini - perjalanan 12 jam dengan perahu kayu lusuh dari Padang - dan menghabiskan waktu seminggu untuk meyakinkan seseorang untuk membawa saya ke hulu ke tempat saya mendengar suku itu tinggal," katanya.

"Ketika saya sampai di sana, orang ini datang berjalan ke arah saya dan itu adalah momen yang sangat menarik.

Baca Juga: Dikenal Sering Modusi Cewek-cewek Cantik, Mantan Suami Angel Lelga Ini Bongkar Rahasia Sudah 5 Kali Ganti Identitas: Sakit-sakitan Mulu

"Untung dia tersenyum dan kita tidak bisa benar-benar berkomunikasi sebanyak itu tetapi kita menjadi teman."

Di sana, Audun tinggal di rumah salah satu shaman suku, Aman Paksa.

"Karena dia menyukai saya, kami membuat kesepakatan untuk saya tinggal selama beberapa minggu," kata Audun.

Meskipun kembali ke Norwegia, Audun mendambakan untuk kembali ke hutan dan melatih dirinya sebagai pembuat film sehingga ia dapat mengunjungi kembali suku tersebut dan mencatat budaya mereka.

Baca Juga: Bagaikan Angin Segar, Vaksi Virus Corona Diperkirakan akan Siap pada Bulan Ini!

Pengalaman ini didokumentasikan dalam film dokumenter baru berjudul Newtopia yang menunjukkan bagaimana Audun belajar hidup seperti yang dilakukan semua manusia selama ribuan tahun.

"Saya belajar bagaimana menjadi dan mengikuti ritme alam," katanya.

Audun Amundsen

Audun Amundsen mengalami infeksi mata

Pada satu titik, ia mengalami infeksi mata yang buruk, tetapi terlepas dari itu, hidup sangat menyenangkan.

Baca Juga: Batal Nikah Gara-gara Covid-19, Steffy eks Cherrybelle Tetap Kenakan Gaun Pengantin Lakukan 'Pernikahan Halu'

Audun menjelaskan rutinitasnya selama tinggal di hutan kepada Daily Mail, "Kami akan bangun sendiri sebelum matahari terbit ketika kabut masih mengelilingi pepohonan. Saat matahari menghangatkan hutan, kami duduk di teras, bersantai, mengobrol, dan minum minuman panas.

Audun Amundsen

Audun Amundsen bersama orang-orang mentawai

“Lalu kami akan memberi makan babi semi-liar dengan sagu. Setelah itu, kami bebas merencanakan pekerjaan apa pun yang kami inginkan. Pekerjaan bisa untuk berburu monyet, kelelawar, atau udang sungai. Membuat peralatan, kano, panah, keranjang dan sebagainya.

“Biasanya, kami beristirahat sejenak di siang hari, dan kemudian kami akan selalu memiliki aktifitas sosial. Rumah terbuka, dan pengunjung sering datang atau kami akan mengunjungi seseorang untuk gosip dan berita.

Baca Juga: Pakai Pakaian Tembus Pandang hingga Bagian Sensitifnya Terlihat, Ayu Ting Ting Mendapat Kritik Pedas dari Netizen: Seklian Telanjang Ajah

“Ketika gelap datang, kami duduk di dalam di sekitar lampu minyak. Saya membaca banyak buku ketika saya di sana.

"Kadang-kadang kami membuat karya seperti keranjang rajutan. Hari-hari penuh dengan variasi yang lambat, tapi entah bagaimana waktu terus berjalan tanpa sadar."

Audun mengatakan bahwa ketika dia pertama kali bertemu Aman Paksa, warga suku tidak memiliki mesin, listrik, atau bahkan konsep uang.

Namun seiring waktu yang dia habiskan bersama mereka, Audun telah melihat budaya mereka mulai menghilang ketika mereka menjadi semakin tertarik untuk bergabung dengan dunia modern.

Baca Juga: Perusahaannya sedang Loyo karena Wabah Virus Corona, Ruben Onsu malah Kena Tipu saat Belanja Online Ini

Pada satu waktu, Aman Paksa memotong rambutnya, mulai mengenakan pakaian Barat dan pergi mencari pekerjaan di kota.

Tapi dia segera kembali, membeli wig sehingga potongan rambut pendeknya tidak menonjol di kalangan warga suku.

Audun mengatakan itu menyedihkan tetapi tidak mengelak bahwa cara hidup orang Mentawai pada akhirnya akan hilang.

"Saya pikir kita akhirnya akan menemukan keseimbangan antara alam dan modernitas," katanya, "tapi sayangnya, saya curiga bahwa banyak spesies dan ekosistem akan hilang. sebelum kita melakukannya."

Baca Juga: Meski Hasil Tes Negatif Corona setelah Temani Pria Hidung Belang, Pemandu Karaoke Ini Mulai Khawatir akan Hidupnya karena Hal Ini

(Tatik Ariyani)

Artikel ini telah tayang di Intisari.ID dengan judul"Tinggalkan Hidup Mapan, Pria Norwegia Ini Tinggal di Hutan Bersama Suku di Indonesia, Tak Kapok Meski Mata Terinfeksi dan Makan Kelelawar".

Tag

Editor : Aditya Eriza Fahmi