Penelitian Terbaru Menunjukkan Virus Corona tidak Hanya Menyerang Paru-paru saja, tapi juga Merusak 4 Organ Vital Ini, termasuk Kerusakan Otak!

Sabtu, 18 April 2020 | 09:00
Kompas.com

Tidak hanya merusak paru-paru saja, Covid-19 juga dapat merusak jantung, ginjal, hati dan otak.

Suar.ID -Virus corona merupakan virus yang menyerang saluran pernapasan seperti paru-paru.

Tak hanya menghancurkan paru-paru, virus corona juga dapat merusak jantung, ginjal, hati dan otak.

Para profesional medis di seluruh dunia melihat bukti yang menunjukkan Covid-19 dapat menyebabkan banyak penyakit.

Hal ini termasuk peradangan jantung, penyakit ginjal akut, kerusakan neurologis, pembekuan darah, kerusakan usus dan masalah hati, menyadur dariThe Washington Post.

Baca Juga: Lindungi Mereka Ya Tuhan dan Semoga Segera Pulih, 46 Tenaga Medis di RS Kariadi Semarang Dinyatakan Positif Virus Corona, Begini Pesan Mereka

Menurut Alan Kliger, seorang nephrolog di Yale School of Medicine, hampir setengah pasien Covid-19 yang dirawat menunjukkan kerusakan dini pada ginjal mereka.

Data awal juga menunjukkan bahwa 14 hingga 30 persen pasien ICU di New York dan Wuhan, tempat di mana virus itu berasal telah kehilangan fungsi ginjal.

Kliger mengatakan pasien tersebut bahkan melakukan terapi cuci darah untuk ginjalnya secara terus menerus.

Baca Juga: Dulu Usahanya Terseret Isu Ilmu Hitam, Ruben Onsu Ungkap Dampak Virus Corona Lebih Parah untuk Bisnisya: 'Ini Lebih Seram'

"Sebagian besar orang memiliki masalah ini. Ini hal yang baru bagi saya," kata Kliger.

"Saya pikir sangat mungkin virus menempel pada sel-sel ginjal dan menyerang mereka," lanjutnya.

Tak hanya menyerang ginjal, virus corona atau Covid-19 juga dapat membahayakan jantung.

Seorang dokter di China dan New York melaporkan terdapat peradangan otot jantung dan irama jantung yang tidak teratur.

Baca Juga: Aduh, Menurut Survei, 11 Persen Warga Masih Ingin Mudik walau Wabah Corona Masih Merajalela, Kebanyakan dari Kota Ini

Sehingga dapat menyebabkan berhentinya kerja jantung pada pasien Covid-19.

"Sebelumnya mereka memiliki status pernafasan yang baik, namun kemudian tiba-tiba mereka memiliki masalah jantung yang tampaknya tidak sebanding dengan masalah pernapasan mereka," kata Mitchell Elkind, ahli saraf Universitas Columbia dan presiden terpilih dari American Heart Asosiasi.

"Ini tampaknya tidak sebanding dengan penyakit paru-paru mereka, yang membuat orang bertanya-tanya tentang efek langsung itu." jelasnya.

Beberapa laporan juga menunjukkan bahwa virus dapat menyerang hati.

Baca Juga: Heboh di Tangerang Bayar Mahal Ambulans Rp 15 Juta untuk Antar Jenazah Pasien Corona, Wali Kota Angkat Bicara: Ada Misinformasi

Tampaknya juga mampu menghasilkan gumpalan darah di pembuluh darah kaki dan pembuluh darah lainnya, yang dapat pecah, perjalanan ke paru-paru dan menyebabkan kematian oleh emboli paru.

Menurut Sanjum Sethi, asisten profesor kedokteran di Irving Medical Center di Columbia University mengatakan hal ini merupakan hal baru yang harus diteliti lebih lanjut.

"Kami baru saja melihat begitu banyak peristiwa ini sehingga kami harus menyelidiki lebih lanjut." ujarnya.

Diketahui, virus corona juga membuat pasien mengalami kerusakan otak atau pembengkakan otak yang dinilai berbahaya.

Pasalnya, virus corona berdampak pada pembengkakan otak atau kerusakan otak terhadap sang pasien tersebut.

Baca Juga: Sosok Menteri KKP yang Menggantikan Susi Pudjiastuti dan Ogah Terapkan Kebijakan Tenggelamkan Kapal Asing Ini Beberkan Bisnis yang Bakal Melejit di Tengah Pandemi Corona: 1 Lubang bisa Raup Pendapatan Rp 5 Juta

Bagaimana Virus Corona Mengikis Paru-paru

Sebuah penemuan mengerikan terungkap terkait cara virus corona mengikis paru-paru.

Hal ini dijelaskan dalam sebuah jurnal yang diterbitkan American Journal of Clinical Pathlogy.

Setelah mengautopsi dua pasien positif Covid-19 ditemukan lapisan lendir tebal seperti cat yang melapisi paru-paru pasien Covid-19.

Baca Juga: Pas Banget Nih Buat yang Gabut di Tengah Isolasi dari Pandemi Corona, Inilah Resep Nasi Hijau Teri yang bikin Keluarga Langsung Nafsu Makan, Sehat Pula

“Saluran udara atas dan bawah dilapisi oleh mukosa berwarna pucat yang halus, berkilau,” tulis para penulis, dokter dari Cleveland Clinic, dalam penelitian tersebut, mengutip dari NYPost.

Dokter di Oklahoma memeriksa dua pria yang dites positif virus corona setelah mereka meninggal.

Salah satunya adalah pria berusia 77 tahun yang memiliki gejala selama tujuh hari, tetapi tidak pernah mendapatkan perawatan atau diagnosis resmi sebelum ia meninggal.

Karena dia meninggal tanpa menerima bantuan ventilator, para peneliti dapat melihat apa yang terjadi ketika virus tidak diperiksa.

Baca Juga: Bukannya Bantu, Donald Trump malah Stop Kucuran Dana dari AS ke WHO di Tengah Pandemi Corona, Orang Terkaya di Dunia pun Langsung Beri Tanggapan Keras

Mereka menemukan bahwa zat mirip lendir di kantong udara paru-paru yang menyebabkan peradangan besar di saluran udara.

"Itulah sebabnya mereka tidak bisa bernapas karena sangat sulit untuk mendapatkan oksigen melalui dinding tebal itu," kata Dr. Sanjay Mukhopadhyay, direktur patologi paru di Klinik Cleveland, saat diwawancarai olehCleveland19.com.

Pasien lain, seorang pria gemuk berusia 42 tahun dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya, juga dites positif COVID-19 setelah dia meninggal.

Namun, dokter menemukan bahwa dia benar-benar mati karena pneumonia, bukan dari coronavirus itu sendiri.

Baca Juga: Jadi Garda Terdepan dalam Pemberantasan Covid-19, Perawat Ini Gugur saat Melahirkan Anak Pertamanya setelah Positif Mengidap Corona, Bagaimana dengan Kondisi Bayinya?

Dia tidak memiliki lapisan seperti cat di paru-parunya.

Hingga kedua otopsi tersebut dilakukan.

Dalam otopsi tersebut tidak ditemukan kasus virus corona menyebabkan peradangan jantung.

Para ahli menyebut tidak ada obat khusus untuk dapat mengobati penyakit ini.

Baca Juga: Nyalakan Tanda Bahaya, Menteri Keuangan di Era SBY Beri Peringatan, Indonesia akan Mengalami Kebobrokan Ekonomi di Bulan-bulan Ini karena Pandemi Corona!

"Kami tidak memiliki obat antivirus yang baik sejauh ini, tetapi ketika kami mendapatkannya, itu akan menjadi cara untuk mengobatinya." kata Mukhopadhyay.

Penemuan ini menjadi penelitian terbaru dalam meneliti lebih lanjut tentang Covid-19.

(Ervananto Ekadilla/Suar.ID)

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber : Daily Star, The Washington Post, NYpost, Tribunnews Wiki, Cleveland 19

Baca Lainnya