Bikin Geleng-geleng Kepala, Sempat Jadi Negara dengan Kasus Virus Corona Terbanyak Setelah China, Begini Cara Singapura Bisa Nol Kematian Covid-19

Kamis, 19 Maret 2020 | 12:33
KOMPAS.com/ERICSSEN

Pasangan muda-mudi terlihat memakai masker di Terminal 3 Bandara Internasional Changi di tengah mewabahnya virus corona di Singapura.

Suar.ID -Hingga akhir Januari 2020, Singapura masih jadi negara dengan kasus virus corona terbanyak selain China.

Tapi yang bikin geleng-geleng kepala, hingga berita ini ditulis, belum ada warga negara Singapura yang meninggal dunia karena virus dari Wuhan, China itu.

Lalu kita pun bertanya-tanya, bagaimana caranya?

Menurut laporan SCMP pada Rabu (18/3) kemarin,jumlah kasus di Singapura 266 kasus dengan 0 kematian.

Baca Juga: Ingin Serius Perangi Virus Corona yang Sudah Bikin 19 Orang Meninggal Dunia, Pemerintah Indonesia Larang Pendatang dari 8 Negara Ini Datang ke Indonesia

Kembali ke pertanyaan awal, lantas bagaimana Singapura menangani penyebaran virus corona di negaranya?

Dikutip New York Times (17/3/2020), intervensi adalah kuncinya.

Selain itu penelusuran yang teliti, menjaga jarak sosial, dan karantina yang ditegakkan.

Semuanya dikoordinasikan oleh seorang pemimpin yang bertindak cepat dan transparan.

Singapura hanya butuh waktu dua jam untuk mengungkap rincian pertama tentang bagaimana pasien tertular virus corona dan orang yang mungkin mereka infeksi.

Pemerintah dapat dengan mudah mengetahui:

- Apakah mereka bepergian ke luar negeri?

- Apakah mereka memiliki hubungan ke salah satu dari lima kelompok (kluster) penularan yang diidentifikasi di seluruh negara?

- Apakah mereka batuk pada seseorang di jalan?

- Siapa teman dan keluarga mereka, serta teman minum dan rekan mereka dalam beribadah?

Baca Juga: Viral Deskripsi Kemasan Dettol Bisa Membunuh Virus Corona, Awas Hoax! Berikut Fakta yang Sebenarnya...

Keterbukaan informasi

Di Singapura, informasi seperti detail tempat pasien tinggal, bekerja, dan bermain dirilis dengan cepat secara online.

Singapura memanfaatkan CCTV dan catatan imigrasi untuk mengungkapnya.

Selain itu Singapura memiliki 140 pelacak kontak yang menjabarkan riwayat kasus setiap pasien.

Mereka bekerjasama dengan polisi dan layanan keamanan setempat.

Pengendalian penyakit melanggar kebebasan individu, tapi masyarakat Singapura mau menerima perintah atau aturan dari pemerintah untuk kesehatan bangsanya.

Aturan saja tidak cukup.

Masyarakat juga harus tertib mengikuti aturan yang dibuat pemerintah.

Hal itu memungkinkan orang lain melindungi diri mereka sendiri.

Pemerintah juga memiliki klinik khusus untuk epidemi.

Selain itu pemerintah mengeluarkan pesan resmi yang mendesak masyarakat untuk mencuci tangan dan mengatur tata cara bersin selama flu.

Kebijakan lain yang dibuat Singapura adalah pelarangan wisatawan mulai akhir Januari.

Singapura menjadi salah satu negara yang melarang wisatawan dari China.

Baca Juga: Miris Virus Corona di Indonesia telah Mencapai 227 Kasus Positif, Surat Terbuka Seorang Dokter Viral dan Minta Jokowi Lakukan Hal Ini untuk Indonesia: Tahukah Bapak Presiden...

Karantina

Selain itu orang yang dekat dengan pasien dikarantina untuk membatasi penyebaran.

Di negara berpenduduk 5,7 juta orang itu, pemerintahnya mengembangkan kemampuan untuk menguji lebih dari 2.000 orang per hari.

Pengujian sampel itu gratis. Demikian juga perawatan medis untuk semua penduduk.

Orang yang diketahui dekat dengan pasien dimasukkan ke dalam karantina wajib untuk menghentikan penularan lebih lanjut.

Hampir 5.000 orang telah diisolasi. Bagi mereka yang menghindari perintah karantina dapat menghadapi dakwaan pidana.

Semua pasien pneumonia di Singapura diuji coronavirus.

Begitu juga orang-orang yang sakit parah.

Kasus positif telah diidentifikasi di bandara, di klinik pemerintah dan, paling sering, melalui pelacakan kontak.

Sistem kesehatan masyarakat di Singapura telah dibangun bertahun-tahun.

Beberapa tahun yang lalu, Singapura menghadapi wabah SARS.

Kini mereka telah belajar.

Pemimpin program pelacakan kontak di Singapura Kurupatham mengungkapkan, selama masa damai mereka merencanakan penanganan epidemi seperti ini.

Dia telah bekerja 16 jam sehari selama 2 bulan.

Singapura di awal wabah

Saat awal wabah virus corona muncul, Singapura sangat rentan karena banyak orang China datang selama liburan tahun baru Imlek.

Pada Januari lusinan kasus dikonfirmasi Singapura.

Namun justru itu mencerminkan pengujian yang luas dan tersedia secara bebas.

Direktur program penyakit menular di Duke-National University of Singapore Medical School Linfa Wang mengatakan, pemerintah sangat transparan dan karena angka (yang besar itu) berarti pemerintah sangat efektif dalam melacak dan mengisolasi setiap kasus.

Hingga Selasa (17/3/2020) malam, Singapura memiliki 266 kasus yang dikonfirmasi. Hanya sebagian kecil yang merupakan misteri.

Hampir 115 pasien telah keluar dari rumah sakit.

Saat ini Singapura sudah tidak mengkhawatirkan transmisi lokal atau penularan dari orang-orang dari dalam negeri.

Tapi sekarang mereka berfokus pada kasus-kasus impor atau imported cases.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Singapura Nol Korban Jiwa Covid-19, Bagaimana Caranya?

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya