Wilayah Indonesia belum Terdeteksi Virus Corona, Menkes Terawan Sebut Doa dapat Membantu Menangkal Wabah Wuhan: Negara lain boleh Protes, Biarin aja!

Rabu, 19 Februari 2020 | 15:30
Kolase Youtube Tribunnews dan BBC

Wilayah Indonesia belum Terdeteksi Virus Corona, Menkes Terawan Sebut Doa dapat Membantu Menangkal Wabah Wuhan: Negara lain boleh Protes, Biarin aja!

Suar.ID -Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengatakan, pemerintah selalu bekerja keras dan selalu berdoa dalam mencegah masuknya Virus Corona ke Indonesia.

Halini disampaikan oleh Terawan kala menanggapi pernyataan sebelumnya yang mengatakan bahwa Virus Corona tak masuk ke Indonesia karena doa.

Awalnyaseorang wartawan bertanya kepada Menkes, apakah belum ditemukannya Virus Corona yang menginfeksi masyarakat Indonesia benar terjadi karena doa sebagaimana yang disampaikan Terawan sebelumnya.

Terawankemudian menjawab bahwa pemerintah senantiasa bekerja keras dan berdoa serta mengandalkan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk mencegah masuknya virus tersebut ke Indonesia.

"Kita ini negara yang berketuhanan Yang Maha Esa, apapun agamanya selama kita berpegang teguh pada Pancasila, doa itu menjadi hal yang harus utama, maka namanya ora et labora (berdoa dan berusaha)," ujar Terawan di Gedung Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin (17/2/2020) melansir dari Kompas.com.

"Saya kira itu tetap ada, bekerja sambil berdoa dan itu sebuah hal yang sangat mulia."

"Negara lain boleh protes, biarin aja!"

"Ini hak negara kita bahwa kita mengandalkan Yang Maha kuasa," lanjut dia.

Kompas.com
Kompas.com

Baca Juga: 3 WNI Positif Corona: 3 Kru Kapal Diamond Princess Asal Indonesia Terjangkit Covid-19, KBRI Jepang Pastikan Pasien Ditangani dengan Baik

Selain itu, Terawan juga menerangkan bahwadiperlukannya langkah rasional untuk terus mengawasi penyebaran virus berbahaya tersebut.

Ia mengatakan apabila pemerintah terus menjaga 135 pintu masuk arus penumpang yang berasal dari sejumlah negara yangmemiliki kasus Virus Corona.

Baca Juga: Cinta Bersemi di Karantina Corona, WNI yang Dipulangkan dari Wuhan Terlibat Cinlok di Natuna: Banyak yang Jomblo

"Itu yang ingin saya tajamkan."

"Satu, efisiensi harus dilakukan berdasarkan rasional ilmu kesehatan pada standar WHO," lanjut mantan Kepala RSPAD Gatot Subroto itu.

"Yang kedua, yo berdoa. Nek (kalau) endak berdoa, jangan coba-coba andalkan kekuatan sendiri."

Sebelumnya, Terawan mengatakan belum adanya masyarakat di Indonesia yang terinfeksi Virus Corona karena doa.

Warta Kota
Warta Kota

Baca Juga: Bikin Syok, Buku yang Ditulis pada 1981 Ini Sudah 'Memprediksi' Adanya Wabah Virus Corona di Wuhan, Bawa-bawa Senjata Biologis

Penemuan baru, plasma darah pasien yang sembuh diduga bisa obati Covid-19

Pejabat kesehatan senior China menyebut jika ada opsi pengobatan bagi pasien COVID-19.

Pejabat tersebut meminta orang yang telah pulih dari COVID-19 untuk menyumbangkan plasma darah mereka.

Baca Juga: Berhasil Sembuh dari Virus Corona Pasien ini Mengaku Hanya Seperti Pilek Berat, Kok Bisa?

Alasannya, plasma dari penyintas itu kemungkinan mengandung protein berharga yang dapat digunakan untuk mengobati pasien yang terinfeksi Virus Corona.

Permintaan untuk menyumbangkan plasma darah itu diumumkan setelah perusahaan milik negara, China National Biotec Group menyebut antibodi tersebut membantu merawat 10 pasien yang kritis serta mengurangi peradangan mereka dalam 12 hingga 24 jam.

Pendekatan ini menurut ahli cukup logis dan menjanjikan untuk merawat pasien COVID-19 yang parah.

Baca Juga: Jadi Sorotan Media Asing, Meski Negatif Corona, Harga Masker di Indonesia Lebih Mahal dari Emas, Kok Bisa?

Orang yang baru saja pulih dari COVID-19 masih memiliki antibodi terhadap Virus Corona yang beredar dalam darah mereka.

Menyuntikkan antibodi ke pasien yang sakit secara teoritis dapat membantu pasien melawan infeksi dengan lebih baik.

Dengan kata lain, perawatan ini akan mentransfer kekebalan pasien yang pulih ke pasien yang sakit.

Baca Juga: Inggris Darurat Virus Corona! Seorang Ilmuan Mengatakan bahwa 400.000 Orang Bisa Tewas dan Itu Bukan Angka yang 'Absurb'

Pendekatan ini menurut Benjamin Cowling, profesor epidemiologi di University of Hong Kong sebelumnya telah digunakan pada pandemi flu.

Namun perlu penelitian lebih lanjut akan hal ini, salah satunya untuk mengetahui apakahterdapat efek samping.

(Kompas.com)

Tag

Editor : Ervananto Ekadilla

Sumber Kompas.com