Suar.ID - Produk yang satu ini belakangan banyak digunakan oleh orang-orang, termasuk para remaja.
Sejak kemunculannya, produk ini dianggap lebih aman dari rokok.
Ya, apalagi kalau bukan vape atau rokok elektrik.
Namun, seiring berjalannya waktu terungkap jika anggapan tersebut tak sepenuhnya benar.
Berbagai kasus terkait gangguan kesehatan yang dialami oleh pemakainya bermunculan.
Selain itu, penelitian pun dilakukan untuk mengetahui seperti apa pengaruh vape bagi kesehatan.
Seperti yang dilakukan oleh para dokter di Children's National Hospital di Washington DC.
Melansir dari Mirror.co.uk (5/2/2020), Penelitian tersebut merinci kasus seorang gadis remaja yang menderita pembengkakan tenggorokan yang 'mengancam jiwa'.
Diyakini hal tersebut berkaitan dengan penggunaan vape.
Apa yang dialami oleh remaja yang tak mau disebutkan namanya tersebut awalnya tampak biasa.
Ia mengunjungi dokter setelah mengalami suara serak di tenggorokannya dan perasaan seolah-olah makanan bersarang di tenggorokannya.
Dokter pun awalnya hanya curiga bahwa remaja malang itu mengalami gejala akibat alergi.
Namun, kemudian obat yang diberikannya tidak berpengaruh sehingga dokter pun merujuk si remaja ke rumah sakit.
Rupanya yang terjadi adalah hal yang lebih serius.
Michael Jason Bozzella, yang memimpin penelitian ini, mengatakan: “Dengan epiglottitis - radang flap yang ditemukan di pangkal lidah yang mencegah makanan memasuki trakea - kekhawatiran pertama kami adalah bahwa infeksi yang mendasarinya yang harus disalahkan.
“Kami menguji spesimennya dalam sejumlah cara untuk sejumlah patogen pernapasan, termasuk badak manusia / enterovirus, virus pernapasan, virus influenza, virus Epstein-Barr, Streptococcus dan banyak lagi. Semua negatif.
“Kami juga mencari lebih banyak infeksi atipikal dengan bakteri, seperti Arcanobacterium, Mycoplasma, dan Gonore. Itu semua juga negatif. "
Tes tidak menemukan bukti infeksi jamur, bakteri atau virus, membuat dokter bingung.
Setelah beberapa pemeriksaan yang dilakukan peneliti membuahkan hasil negatif, dokter pun berbicara kepada si remaja.
Barulah diketahui dika ia telah menggunakan permen dan rokok elektrik rasa buah selama tiga hingga lima kali dengan teman-temannya selama berbulan-bulan menjelang gejala yang dialaminya muncul.
Meskipun belum terbukti jika menggunakan rokok elektrik yang menyebabkan di remaja mengalami gangguan kesehatan tersebut, namun peneliti menyarankan bahwa vaping 'masuk akal' menjadi penyebabnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Kathleen Ferrer, penulis senior studi ini.
"Penggunaan rokok lektrik oleh remaja adalah alasan yang paling masuk akal untuk diagnosis epiglottitis subakut ini, suatu kondisi yang dapat mengancam jiwa," ungkapnya.
Dr. kathleen juga mengatakan jika kasus yang dialami si remaja semakin memperpanjang daftar efek toksik dari penggunaan produk tersebut.
“Kasus yang tidak biasa ini menambah daftar efek toksik yang semakin meningkat yang disebabkan oleh vaping.," katanya.
"Sementara kami biasanya menyelidiki pemicu infeksi, seperti Streptococci, Staphylococci dan Haemophilus, kami dan penyedia layanan kesehatan lainnya juga harus mempertimbangkan rokok elektrik saat kami mengevaluasi keluhan oro-pernapasan.," sambungnya.
Laporan kasus tersebut muncul tidak lama setelah seorang remaja di Kanada mengembangkan kondisi yang tidak dapat disembuhkan yang dikenal sebagai 'paru-paru popcorn' setelah menguap selama hanya lima bulan.
Bagaimana? Sering mendengar kasus-kasus serupa?
Baca Juga: Naomi Zaskia Menjelaskan Alasan Dirinya dan Sule Tidak Bisa Bersatu Lagi: Sudah Enggak Sehat