Suar.ID - Mengingat virus corona baru diduga berasal dari pasar di Wuhan, China, yang menjual kelelawar, tikus, dan hewan "aneh"lainnya untuk tujuan konsumsi, kini pasar akhirnya telah ditutup.
Keberadaan pasar membuatterciptanyahidangan "nyeleneh" seperti sup kelelawar hingga menu anak tikus hidup.
Tapi ternyata pasar Wuhan bukanlah satu-satunya.
Melansir dari Daily Mail, ada pasar serupa di Sulawesi Utara, Indonesia.
Baca Juga: Temukan Obat Penangkal Virus Corona, China Masih Diam Seribu Bahasa, Kenapa Ya?
Namun, yang ini jauh lebih "gila", namanya saja"Pasar Ekstrim Tomohon".
Pasar ini benar-benar ekstrimseperti namanya - pasar ini menjual daging hewan yang sangat langkaseperti monyet hingga ular.
Hewan ini konondiperlakukan dengan sangat kejam sebelum mereka akhinrya dibunuh dan dijual dagingnya.
Alf Jacob Nilsen yang berusia 64 tahun mengunjungi pasar tersebut, menyebutkan bahwa tindakan kejam tersebut dilakukan untuk menarik perhatian dan memikat wisatawan.
"Aspek yang sangat mengkhawatirkan ketika saya di sana adalah bahwa saya melihat spesies langka yang ditawarkan untuk dijual seperti monyet, kelelawar, burung, ular, dan reptil lainnya."
"Bukan hanya karena hewan-hewan diperlakukan dengan cara yang paling brutal dan pasti menderita, tetapi juga karena ada risiko penyebaran parasit dan penyakit serius ketika berurusan dengan daging anjing," tambahnya.
Sedihnya, bagi hewan tertentu, begitu mereka dipilih untuk dibeli, mereka akan dipukuli sampai mati dengan palu dan potongan kayu besar.
Bulu mereka dibakar dengan obordan dagingnya kemudian dijual.
"Saya memang merasa bahwa ini dilakukan untuk memikat lebih banyak wisatawan," kata Nilsen.
Mempertimbangkan fakta bahwa coronavirus dikembangkan di lingkungan yang mirip dengan Pasar Ekstrim Tomohon, pasar ini jelas harus diawasi atau bahkan ditutup.
Sebelumnya telah diberitakan tentang pasar hewan di pusat wabah virus coronayang menjual koala hidup, ular, tikushingga anak serigala untuk dimakan sebelum akhirnya ditutup.
Pasar Makanan Laut Huanan di pusat kota Wuhan, China, sekarang berada di bawah pengawasan setelah para pejabat China mengatakan virus corona berasal dari satwa liar yang dijual secara ilegal di food emporium - sekarang diberi label sebagai "ground zero".
Foto yang diambil sebelum penutupannya pada bulan Desember, menunjukkan daftar harga 112 hewan eksotis - mulai dari ular hinggamusang - yang tersedia untuk dijual dan dimakan.
Melansir dariMirror(23/1/2020), daftar hewan yang dijual itu seperti rubah hidup, buaya, anak serigala, salamander raksasa, ular, tikus, burung merak, landak, dan koala.
"Baru disembelih, dibekukan, dan siap kirim ke pintu Anda," kata vendor yang disebut Wild Game Animal Husbandry for Massesm, yang juga mencantumkan harga 70 RMB (Rp 137 ribu) untuk daging koala.
Ketika ditanya tentang klaim pasar makanan yang menjual koala, seorang pemimpin komunitas China yang berbasis di Inggris mengatakan kepadaDaily Mirror,"Saya ragu bahwa tidak mungkin Anda akan bisa menyelundupkanhewan-hewan itu ke China."
Ada juga laporan tentang kurungan yangberisi landak, di samping trenggiling yang terancam punah.
Penjual mengatakan perdagangan satwa liar terjadi sampai pasar ditutup untuk disinfeksi setelah wabah dimulai.
Ini telah menempatkan perdagangan hewan liar di negara itu yang tidak diatur dengan baik, didorong oleh permintaan akan makanan lezat dan bahan-bahan obat tradisional.
Konservasionis telah lama mengecam perdagangan satwa liar karena dampaknya terhadap keanekaragaman hayati dan potensi penyebaran penyakit.
Satwa liar, eksotik dan hewan ternak dikemas bersama-sama, digambarkan sebagai tempat berkembang biaknya penyakit dan inkubator bagi banyak virus untuk berevolusi dan membuat lompatan ke manusia.
"Asal mulavirus corona yang baru adalah satwa liar yang dijual secara ilegal di pasar makanan laut Wuhan," kata Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Penelitiansebelumnya menunjukkan bahwa virus dari Wuhan ditularkan ke manusia dari ular.
Tetapi penasihat medis pemerintah, Zhong Nanshan, juga mengidentifikasi luak dan tikus sebagai sumber yang memungkinkan.
Dapat dipahami bahwa beberapa penderita awal virus corona adalah karyawan pasar basah.
Hu Xingdou, seorang ekonom politik independen, mengatakan bahwa kecintaan orang-orangChina untuk memakan satwa liar memiliki akar budaya, ekonomi, dan politik yang dalam.
Belum lagi ada ilmuan yang menduga bahwa virus corona baru bisa berasal dari sup kelelawar yang populer di Wuhan.(Adrie P. Saputra/Suar.ID)