Suar.ID -Kabar duka datang dari Artis senior Johny Indo.
Beliau dikabarkan meninggal dunia pagi tadi, Minggu, 26 Januari 2020, pukul 07.42 WIB.
Artis bernama asli Johanes Hubertus Eijkenboom alias Johny Indo ini lahir pada 6 November 1948.
Johny Indo awalnya dikenal sebagai perampok toko emas di Jakarta dan sekitarnya pada era tahun 1970-an yang dilakukan pada siang hari bersama kelompoknya Pachinko, kependekan dari Pasukan China Kota.
Aksi paling terkenal Johny Indo adalah merampok toko emas di Cikini, Jakarta Pusat, pada 1979.
Johny Indo berhasil ditangkap di Sukabumi setelah kelompok Pachinko lebih dulu ditangkap.
Johny Indo kemudian dijatuhi hukuman penjara 14 tahun dan dijebloskan ke penjara Nusakambangan.
Namun baru tiga tahun menjalani hukuman, ia dan gerombolan berjumlah 34 orang berusaha melarikan diri dari Nusa Kambangan, tetapi kemudian ia berhasil ditangkap setelah bertahan selama 12 hari.
Johny Indo sempat bermain dalam sejumlah film yang salah satunya mengangkat kisah dirinya dalam film Johny Indo pada tahun 1987.
Kisah Johny Indo yang Legendaris
Namanya sangat dikenal di akhir tahun 70-an hingga awal 80-an.
Dia menjadi momok bagi para orang kaya, juga pihak keamanan, namun justru menjadi pahlawan bagi rakyat miskin.
Maklum, dia hasil dari kejahatan yang dia lakukan tidak dinikmati sendiri, melainkan dibagikan kepada rakyat miskin.
Padahal, jika semua hasil rampokan tersebut dinikmati sendiri, jumlahnya sangatlah banyak.
Kisah fenomenal tentang pria ini kemudian bertambah kuat setelah dirinya berhasil lolos dari Lapas Nusakambangan.
Ya, kepala gangster ini berhasil lolos dari penjara super ketat yang dikenal sebagai "Alcatraz-nya Indonesia" tersebut.
Dia adalah Yohanes Herbertus Eijkenboom atau populer dengan sebutan "Jhony Indo", perampok legendaris di Jakarta.
Ia bergerak bersama komplotannya yang diberi nama gangster Pachinko (Pasukan China Kota).
Mereka sempat membuat geger karena kerap melakukan aksi perampokan terhadap orang-orang kaya asing di Indonesia.
"Saat itu yang menjadi target rampok saya adalah orang-orang kaya asing di Indonesia," katanya dalam sebuah acara yang digelar Kementerian Sosial RI di Lembaga Pemasyarakatan di Bengkulu, melansir dari Kompas.com, Rabu (3/9/2014).
"Mereka juga banyak mengambil harta dari Indonesia, makanya saya rampokin dan uangnya saya bagi-bagikan ke masyarakat miskin."
Selama melangsungkan aksinya merampok emas pada akhir tahun 1970 hingga awal 1980, dia telah mengumpulkan 129 kilogram emas.
Namun jumlah yang sangat banyak tersebut justru dibagikan kepada masyarakat miskin.
Kehadiran Jhony Indo dan gangster Pachinko itu tentu saja menjadi target dari kepolisian yang saat itu masih bersatu dengan ABRI.
Ia harus beberapa kali masuk-keluar penjara.
12 hari menembus hutan perawan
Tanggal 20 Mei 1982, Johny Indo, bersama 34 narapidana lain kabur dari Lembaga Pemasyarakatan Permisan di ujung barat Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Setelah bertarung 12 hari menembus hutan perawan, penuh jurang dan binatang buas, dia pun menyerah.
Kisah pelarian tersebut tertuang dalam buku Johny Indo: Tobat dan Harapan (1990).
Kisah narapidana (napi) itu mengukuhkan pulau ini sebagai penjara ”Alcatraz” di Indonesia.
Alcatraz adalah pulau penjara dengan tingkat keamanan maksimal di Teluk San Francisco, Amerika Serikat, yang ditutup tahun 1963.
Tak berlebihan membandingkan Nusakambangan dengan Alcatraz.
Terpisah selat yang dalam dengan daratan Pulau Jawa, alam Nusakambangan kian sangar dikurung belantara hutan tropis.
Pulau itu juga menjadi habitat hewan buas, seperti macan tutul dan ular berbisa.
Oleh sebab itu, hingga kini, Nusakambangan menjadi rujukan bagi napi kelas kakap, mulai dari kasus pembunuhan, perampokan, terorisme, hingga korupsi.
Selain Johny Indo, beberapa figur menonjol yang pernah menghuni Nusakambangan adalah Kusni Kasdut, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto), M Bob Hasan, Fabianus Tibo (terpidana kasus pembunuhan di Poso, Sulawesi Tengah), serta napi kasus terorisme, seperti Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas.
Bisa Berangkat Haji dengan Bantuan Pangeran Arab
Kisah kelam tersebut terurai dengan lancar dan polos oleh Jhony yangpernah berganti nama menjadi Ki Umar Billah Al-Jhon Indo.
Beberapa cerita yang bersifat pribadi tetapi menggugah pun turut disampaikannya di hadapan 30 mantan warga binaan di Kota Bengkulu.
Selain menyampaikan kisah kelam pada masa muda, Johny juga mengisahkan perjalanan hidup yang mengarahkannya menjadi seorang pendakwah dari kampung ke kampung dan menjadi pengusaha batu akik di kawasan Pasar Poncol, Jakarta.
Perjalanan hidup masuk-keluar penjaralah yang mengenalkan ia pada kedekatan hidup spiritual dan selalu mengingat Tuhan, hingga ia memasuki masa tua.
"Saya berprinsip, hidup saat ini mencari makan halal saja. Walau itu kecil, asal berkah," ujarnya.
Johny juga menceritakan, dari usaha kecilnya, dia bisa menjadikan anaknya seorang dokter dan ahli IT di Hongkong.
"Masa anak preman bisa jadi dokter? Bisa, asal dijalankan mengharap ridho dari Allah," ungkapnya.
Komitmennya terhadap masyarakat kecil masih melekat hingga kini.
Pernah sekali waktu, lanjutnya, dia diundang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mengisi ceramah di Istana Negara.
Namun, dia menolak, mengingat, pada waktu yang sama, ia telah lebih dahulu memiliki janji mengisi ceramah untuk masyarakat miskin di kawasan Blok M, Jakarta.
"Bukan saya tidak menghormati Presiden, tetapi saya sudah duluan berjanji dengan masyarakat miskin," tekannya.
Di hadapan para mantan warga binaan lapas, Jhony juga membagikan hikmah dari keikhlasan.
Menurut dia, keikhlasan mengantarkan dirinya untuk mampu berangkat haji gratis ke Mekkah.
"Saat itu, saya melihat sampah begitu banyak di selokan kampung saya, tak ada yang mau membersihkannya."
"Lalu, secara inisiatif, saya bersihkan sampah yang berbau busuk dan menumpuk itu."
"Secara tak sengaja, lewatlah pangeran Arab keturunan Raja Fahd."
"Dia turun dari mobil dan aneh melihat saya bertato membersihkan sampah," kenangnya.
Saat itu, Pangeran Arab tersebut mengomentari tato yang dimilikinya dengan kata haram.
Sempat terjadi perdebatan saat itu.
Namun, pasca-pertemuan itulah sang pangeran Arab tersebut menjemputnya dengan jet pribadi agar Jhony berangkat haji dengan layanan super-VVIP.
"Itu hikmah dari kerja ikhlas, buahnya nikmat saya bisa berangkat haji," tambahnya.
Baca Juga: Sempatkan Selfie di Sela Bekerja Sebagai Wakil Rakyat, Model Hijab Mulan Jameela jadi Sorotan
Sekali waktu, masih terkait soal ikhlas, dia pernah tak diberi honor saat menjadi penceramah.
Hal ini menyebabkan ia harus pulang berjalan kakipuluhan kilometer.
Untuk naik angkot pun ia tak punya uang.
Namun, beberapa waktu kemudian, ia mendapatkan tawaran dari pengusaha kaya untuk mengisi ceramah di perusahaan pengusaha tersebut dengan bayaran jutaan rupiah.
"Saat itu saya terkejut, begitu besarnya uang tersebut," ungkapnya.
Hingga kini, Jhony mengaku memiliki rumah baca di bawah Yayasan Jhon Indo Foundation yang disokong oleh Kementerian dan Dinas Sosial.
Kisah Jhon Indo tersebut merupakan motivasi bagi para mantan warga binaan lapas di Bengkulu agar mereka tetap optimistis menapaki hidup.
Ia juga berharap agar masyarakat umum tak memberikan stigma negatif berkepanjangan bagi para narapidana.
"Pernah dipenjara itu sudah menjadi perjalanan hidup kita, dan ditentukan Tuhan."
"Namun, mulai ke depan, kita perbaiki hidup kita, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan seterusnya dalam upaya membangun Indonesia," ujar Johny bersemangat, diiringi riuh tepuk tangan para mantan preman yang menyimak ceramahnya.
Diskusi yang digelar Direktorat Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kementerian Sosial RI itu bekerja sama dengan LSM Kantong Informasi Masyarakat (KIPAS) semakin seru saat Kepala Dinas Sosial Provinsi Bengkulu Harnyoto ikut memandu sebagai moderator dan memiliki pengetahuan cukup lengkap mengenai sepak terjang Jhon Indo pada masa muda.
"Beliau legenda Robin Hood-nya Indonesia. Saat ini, dengan semangatnya, ia bisa menjadi teladan banyak orang," kata Harnyoto.
Sebanyak 30 mantan warga binaan tersebut juga mendapatkan pendidikan berwirausaha dari pemerintah serta bantuan modal agar dapat membangun hidup lebih baik, diterima, dan bermanfaat bagi masyarakat.
(Tribun Seleb/Intisari/Kompas.com)