Suar.ID -Seorang anak perempuan berusia delapan tahun menderita cedera tulang belakang dan kelumpuhan tubuh bagian bawah ketika dia dihukum oleh gurunya setelah membaca teksdengan salah.
Kini, tiga tahun kemudian, kondisinya masih belum membaik.
Orangtuanya, yang telah memiliki utang yang menumpuk setelah harus membayar biaya perawatannya, akhirnya memutuskan untuk menuntut sekolah.
Diberitakan oleh China Press pada Rabu (30/10/2019), peristiwa itu terjadi pada 6 Desember 2016 ketika gadis yang berasal dari Kota Pingxiang, Provinsi Jiangxi, China, membaca sesuatudengan salah di kelas dan dipaksa untuk melakukan push-up di podium sebagai hukuman.
Dia hampir selesai melakukan delapan push-up ketika teman-teman sekelasnya mengatakan bahwajumlahnya masih belumcukup.
Jadi, dia melakukan dua push-up lagi.
Hal ini mengakibatkan rasa sakit di bagian punggung bawahnya.
Gadis tersebutjuga menyadari bahwa dia tidak bisaberdiri setelahnya.
Baca Juga: Viral Oknum Polisi Melanggar Arus Lalu Lintas, Atasan Berikan Hukuman Ini
Kemudianiadilarikan ke rumah sakit setempat.
Tiba-tiba saja, gadis itu kehilangan kendali terhadap bagian bawah tubuhnya.
Namunrumah sakit tidak dapat menemukan penyebab dari cedera yang ia derita.
Mereka pun memindahkannya ke rumah sakit lain.
Nah, di rumah sakit itu baru terungkap bahwa dia didiagnosis menderita cedera saraf tulang belakang.
Hal ini mengakibatkan kelumpuhan pada tubuh bagian bawahnya.
Namun, karenamasalahkeuangan, keluarganya tidak mampu membayar perawatan gadis itu.
Tak pelak, hal ini justru memperburuk kondisinya.
Gadis inimenderita skoliosis, deformasi tulang rusuk dan penyusutan kaki yang parah.
Biaya perawatan sejak cederanya gadis itu telah mencapai lebih dari 200.000 yuan (Rp 398 juta).
Namunsekolah dan departemen pemerintah hanya menawarkan sekitar 60.000 yuan (Rp 119 juta).
Hal ini membuat orangtua gadistersebut merasa seolah-olah seperti tidak ada tanggung jawab yang diambiloleh pihak sekolah.
Mereka kemudian memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini di pengadilan.
Di pengadilan, sekolah itu juga ditanyai apakah luka-luka gadis itu ada hubungannya dengan sekolah yang memungkinkan guru tersebut memilih push-up sebagai hukuman bagi para siswanya.
Rupanya,ada hubungan sebab-akibat antara kedua peristiwa.
Sementara kasus ini berlanjut, sekolah telah menanggapi minggu lalu dengan mengatakan bahwa sekolah akan bekerja sama dengan penyelidikan pengadilan dan akan menghormati apapun keputusan yang diambil oleh pengadilan.
Baca Juga: Seorang Guru SMP Syok dan Dilarikan ke Rumah Sakit setelah Tahu Murid yang dihukumnya Tewas
Sekolahseharusnya tidak pernah memaksa siswanya untuk melakukan push-up sebagai hukuman.
Terutama karena siswa sekolah dasarkemungkinanbelummengetahui bagaimana melakukannya dengan benar.
Masih banyakcara yang lebih baik untuk mendidik anak yang melakukan kesalahan.(Ervananto Ekadilla/Suar.ID)