Datang Memenuhi Panggilan Presiden ke Istana, Prabowo Sempat Diingatkan: Lebih Terhormat Jadi Oposisi!

Selasa, 22 Oktober 2019 | 06:30
Tangkapan layar Kompas TV

Datang Memenuhi Panggilan Presiden ke Istana, Prabowo Sempat Diingatkan: Lebih Terhormat Jadi Oposisi!

Suar.ID -Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin menilai, Partai Gerindra seharusnya tetap menjaga kepercayaan pemilih dengan menjadi oposisi pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Jika Gerindra masuk dalam pusaran kekuasaan, hal ini akan mengecewakan pemilihnya.

Dilansir oleh Kompas.com, menurut Ujang, Prabowo seharusnya menyadari bahwa pada Pilpres 2019, ada 68 juta pemilih yang berharap mantan Danjen Kopassus itu menjadi presiden.

"Harusnya Gerindra jadi oposisi saja karena pendukungnya banyak yang menginginkan Gerindra berada di luar kekuasaan, menjadi oposisi sama-sama terhormatnya dengan berkuasa," kata Ujang saat dihubungi wartawan, Sabtu (12/10/2019).

"Bahkan, menjadi oposisi lebih terhormat karena bisa mengingatkan pemerintah ketika pemerintah salah jalan dan salah arah," ucap Dosen politik di Universitas Al Azhar ini.

Baca Juga: Prabowo Mengimbau Seluruh Kekuatan Politik Bantu Jokowi untuk Menyelesaikan Masalah Papua

Ujang menilai, langkah Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto yang bertemu Presiden Jokowi beberapa waktu yang lalu kurang etis, jika membicarakan peluang koalisi.

Namun, menurutnya, manuver Prabowo tersebut merupakan hal yang wajar dalam politik.

"Jadi masuknya Gerindra ke koalisi Jokowi sebagai bagian dari ingin merapat atau mendapat bagian kekuasaan. Itulah politik, sifatnya cair, dinamis, dan kompromistis. Dulu lawan, sekarang kawan," kata Ujang.

"Begitu juga sebaliknya karena koalisi yang dibangun bukan berbasis dan berdasar ideologi, maka koalisi akan mudah pecah," ucap dia.

Baca Juga: Pindah Lokasi dari Jakarta ke Kalimantan Timur, Benarkah Ibu Kota Baru Nanti Mencakup Lahan Milik Prabowo?

Ujang mengatakan, idealnya negara membutuhkan oposisi yang kuat dan tangguh dalam mengawasi pemerintah.

Hal yang mengkhawatirkan apabila Gerindra dan Demokrat masuk dalam koalisi pemerintah, kontrol terhadap Jokowi-Ma'ruf berkurang sehingga kewenangandapat disalahgunakan.

"Kata Lord Acton, power tends to corrupt, kekuasaan itu akan cenderung korup atau disalahgunakan."

"But absolute power, corrupt absolutely, dan kekuasaan yang absolut kecenderungan penyalahgunaannya pun akan mutlak," kata dia.

Baca Juga: Tak Terpilih Jadi Anggota DPR, Rupanya Ini Alasan Mulan Jameela dan 13 Caleg Lainnya Gugat Prabowo!

Pada Jumat (11/10/2019) sore kemarin, Presiden Jokowi bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Istana Merdeka.

Jokowi mengakui, ia dan Prabowo membicarakan masalah koalisi dengan Jokowi.

Namun, pembicaraan itu belum final.

"Tapi kami tadi sudah berbicara banyak mengenai kemungkinan Partai Gerindra masuk ke koalisi kita," kata Jokowi.

Baca Juga: Prisia Nasution Grogi, Lagi Makan 'Dilihatin' Prabowo dan Jokowi

Sementara itu, Prabowo menegaskan bahwa ia siap membantu pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin apabila diperlukan.

Prabowo menekankan bahwa Partai Gerindra selalu mengutamakan kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara.

Meskipun berbeda pandangan politik dan pernah terlibat rivalitas pada pesta demokrasi, Prabowo meyakinkan bahwa hal itu bukanlah penghalang.

"Saya sampaikan ke beliau, kalaupun kami diperlukan (di pemerintahan), kami siap membantu," ujar Prabowo. (Kompas.com/Ihsanuddin)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulPrabowo Diingatkan, Gerindra Lebih Terhormat jika Jadi Oposisi

Tag

Editor : Moh. Habib Asyhad

Sumber Kompas.com, Kompas TV