Guru yang Menghukum Fanli hingga Tewas Ternyata Juga Pernah Memberi Hukuman yang Mengerikan kepada Kakaknya

Sabtu, 05 Oktober 2019 | 08:24
Kompas.com

Jenazah Fanli disemayamkan di rumah duka di kompleks Perumahan Tamara, Kecamatan Mapanget Barat, Manado, Rabu (2/10/2019) pukul 13.22 Wita.

Suar.ID - Seorang anakbernama Fanli Lahingide (14) dari Manado, Sulawesi, secara tak terduga meninggal setelah dipaksa berlarikeliling sekolah di bawah terik matahari karena terlambat 25 menit ke sekolah.

Salah satu guru yang sedang piket pada saat itu, CS (58) memberikan hukuman kepada Fanli.

Fanli diminta berlari keliling lapangan sekolah yang kurang lebih berukuran sekitar 15x8 meter.

Namun belum satu putaran, sang siswa meminta izin beristirahat karena kelelahan.

Baca Juga: Kok Enak Banget... Gara-gara Pintar di Kampusnya, Mahasiswa Pelaku Pelecehan Ini Terhindar dari Hukuman Penjara!

Namun, CS tak mengizinkan korban untuk beristirahat.

Sambil melanjutkan hukuman yang absurd itu, bocah itu jatuh karena kelelahan dan pingsan karena panasnya cuaca yang tak tertahankan pada putaran ke-2.

Menurut Guanghua Daily (4/10/2019), dia kemudian dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) di mana dokter tidak bisa berbuat banyak.

Siswa SMP Kristen 46 Mapanget Barat, Kota Manado, Sulawesi Utara itu menghembuskan napas terakhirnya pada Selasa (1/10/2019).

Baca Juga: Masih Ingat Siswa SMA yang Bunuh Begal Demi Lindungi Pacar dan Terancam Hukuman 7 Tahun Penjara? Ternyata Ada Fakta Mencengangkan tentangnya yang Baru Saja Terbongkar

Ibu Fanly yang berusia 46 tahun, Julian Mandiangan, mengatakan bahwa anaknya berangkat dari rumah pukul 6.30 dan telah sarapan.

Dia tidak tahu bagaimana hal seperti itu bisa terjadi mengingat putranya tidak pernah memiliki riwayat medis yang lemah.

Ternyata bukanhanya Fanli yang pernah dihukum, kakaknya juga pernah dihukum, bahkan cukup mengerikan.

"Kami tidak menerima ini. Apalagi guru yang menghukum anak saya Fanli, pernah juga menghukum anak saya yang tua (Yulita) dengan mencubit sampai biru," ujar dia kepada Kompas.com.

Julian mengatakan, ia sangat terpukul dengan kepergian Fanli.

Fanli dibesarkan dalam keluarga yang sederhana.

Ayahnya berprofesi sebagai seorang petani dan sang ibu Julian Mandiangan adalah seorang ibu rumah tangga.

Sementara hasil otopsi Fanly belum dirilis, penyebab kematian diduga terkait dengan fakta bahwa ia terpaksamenguatkan diri untuk terus berlari dalam kondisi cuaca yang sangat melelahkan.

Baca Juga: Kejam! Pemilik Anjing Ini Tega Potong Kaki Hewan Peliharaannya Sendiri untuk Memberikan Hukuman

Tribunnews

Fanli Lahingide

Orangtua Fanly yang berduka sedang dalam proses mencari keadilan untuk putra mereka.

Mereka sejak itu melaporkan kasus tersebut ke polisi dan memutuskan untuk mengambil tindakan hukum terhadap sekolah dengan mengajukan gugatan.

Jenazah Fanli akan dimakamkan pada Kamis (3/10/2019) di Kelurahan Kima Atas, Kecamatan Mapanget, Manado.(Adrie P. Saputra/Suar.ID)

Editor : Adrie P. Saputra

Sumber : Kompas.com, Tribunnes.com, kwongwah.com.my

Baca Lainnya