Suar.ID - Belakangan ini, aksi unjuk rasa terus dilakukan warga Papua setelah adanya dugaan perilaku diskriminasi dan rasisme terhadap mahasiswa di Surabaya, Jawa Timur.
Aksi unjuk rasa tersebut kemudian menjadikan situasi di Provinsi Papua dan Papua Barat kacau.
Diantaranya yaitu di wilayah Fakfak dan Manokwari.
Namun, di balik kekacauan tersebut, ada beberapa peristiwa yang akan membangkitkan jiwa nasionalisme orang-orang yang melihatnya.
Aksi seorang ibu kibarkan bendera
Salah satunya aksi seorang ibu yang mengibarkan bendera di tengah jalan yang sudah di blokade.
Aksi ibu-ibu itu diunggah oleh akun Facebook bernama Muhammad Andry Rifai Ali.
Dalam video yang diunggahnya, tampak seorang ibu mengenakan kaos putih dan celana pendek berwarna biru membawa bendera merah putih yang terikat pada sebilah tongkat.
Semakin terasa emosional karena ibu itu juga tampak mencium bendera merah putih yang ia pegang di tangannya.
Baca Juga: Momen Mengharukan ketika Gadis Buta Pertama Kali Melihat Ibunya
Selain itu, ia meneriakan kata-kata persatuan dengan penuh semangat untuk mendamaikan suasana.
"Kalau anggota apapun, lolos, kasih tebus, karena sayang, kita orang Kampung Tanama!" katanya.
Orang merah putih! Harus! Tentarakah, polisikah, polwankah, apapun kasih lolos, karena kita orang Kampung Tanama, orang merah putih, kita pu nenek moyang!
Berusaha untuk ini, negara merah putih! Jadi harus merdeka!" teriak ibu-ibu warga Papua itu.
Baca Juga: Parah! Seorang Ayah Kandung Tega Perkosa Dua Anak Gadisnya Selama 9 Tahun di Maluku Tengah
Aksi serupa dilakukan seorang pria
Bukan hanya ibu-ibu di Fakfak saja yang melakukan aksi demi menjaga persatuan.
Sebelumnya, aksi serupa pun dilakukan oleh seorang pria warga Papua.
Melalui video yang diunggah melalui instagram story akun Instagram bernama @sittizaadia, tampak seorang pria yang mengenakan kaus biru dan celana panjang bermotif memegang bendera merah putih yang terikat pada sebilah tongkat dengan penuh semangat.
Sambil mengibarkan bendera yang dipegangnya, ia berteriak menyatakan diri tidak takut mati demi merah putih.
"Merah putih saya akan berkorban! Saya tidak takut!" teriaknya sambil mengibarkan bendera merah putih.
Saya tidak takut mati demi merah putih!" teriak pria itu.
"Catat itu! Catat itu!", teriaknya meyakinkan.
Mahasiswa Papua nyanyikan lagu Indonesia Raya
Dilansir dari Kompas.com (21/8/2019), Aksi lain dilakukan oleh mahasiswa Papua di Jawa Timur.
Bersama dengan Yenny Wahid, para mahasiswa itu berziarah ke makam Guz Dur di Pesantren Tebuireng, Jombang, pada Rabu (21/8/2019) kemarin.
Di kompleks makam Guz Dur dan makam pendiri NU KH Hasyim Asy'ary, mereka pun melantunkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Kemudian mereka melanjutkannya dengan berdoa dan menaburkan bunga di pusara makan Gus Dur.
Baca Juga: Fairy Tail Episode 323: Lucy Mencoba Menulis Ulang E.N.D, Akankah Bisa Menyelamatkan Natsu?
Yenny Wahid menuturkan bahwa alasannya menziarahi makam ayahnya bersama para mahasiswa asal Papua, tak lepas dari situasi terkini yang terjadi di Papua.
Dia berharap, kebersamaannya dengan mahasiswa asal Papua di Jatim saat menziarahi makam Gus Dur, bisa membangkitkan ingatan masyarakat khususnya warga Papua terhadap sosok Gus Dur.
"Kami sengaja mengajak teman-teman dari Papua yang ada di Jawa Timur. Ini untuk mengirimkan dan menyampaikan pesan kepada masyarakat, terutama warga Papua di tanah Papua, bahwa di tanah Jawa dulu ada tokoh yang begitu dekat dengan warga Papua yang namanya Gus Dur," kata Yenny, kepada wartawan, di Pesantren Tebuireng, Jombang.
Yenny mengatakan, Gus Dur memiliki kedekatan spesial dengan warga Papua. Selain dikenal dekat dengan masyarakat Papua, Gus Dur juga dikenal sebagai pejuang kemanusiaan.
Yenny berharap, kondisi di Papua bisa segera normal. Tidak ada lagi ada rasa tidak puas, curiga atau perasaan dianaktirikan.
"Kami ingin meyakinkan mama, papa di sana, mace mace, pace pace, bahwa kita semua warga Indonesia ini sayang kepada warga Papua khususnya," kata dia.
Sementara itu, Natalia Musake (21), mahasiswa asal Sorong Papua berharap kondisi di Papua bisa kembali normal.
Perempuan yang sudah kuliah selama 4 tahun di Jombang ini tak lupa menyampaikan kesan positifnya selama belajar di Jombang.
"Harapan kami dari anak-anak Papua yang di Jawa, agar kita punya masyarakat yang di Papua bisa baik-baik. Kita bisa berdamai lagi karena itu cuma salah paham, makanya bisa terjadi isu-isu seperti ini," kata mahasiswa STIKES Husada Jombang ini.