Pakar Psikologi Mengatakan Bahwa Mungkin Ada Motif Lain yang Terjadi dari Kasus Polisi Tembak Polisi

Sabtu, 27 Juli 2019 | 17:36
kolase/facebook

Brigpol Rangga diamankan setelah menembak mati rekannya Brigpol Rahmat (kanan)

Suar.ID - Institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sedang dikejutkan dengan kabar penembakan yang terjadi antar anggotanya.

Dikutip dari Warta Kota, seorang anggota Polri berpangkat Brigadir diduga memberondong rekannya berpangkat brigadir kepala (Bripka) dengan tujuh butir peluru hingga tewas.

Peristiwa penembakan itu terjadi di Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Kamis (25/7/2019) pukul 20.50 WIB.

Berdasarkan laporan yang diberitakan, anggota samsat Polda Metro Jaya, Bripka RE (41) tewas diberondong peluru oleh rekannya sendiri berinisial Brigadir RT (32).

Baca Juga: Ternyata, Polisi Penembak Bripka Rahmat adalah Paman Pelaku Tawuran yang Sedang Ditangai Korban

Dikutip dari Kompas, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, peristiwa penembakan di Polsek Cimanggis diduga disebabkan oleh seorang anggota polisi yang terpancing emosi.

Peristiwa ini awalnya dipicu dengan luapan emosi Brigadir RT lantaran rekannya Bripka RE menolak permintaannya dengan nada kasar.

Pada saat itu keduanya sedang menangani kasus tawuran.

Awalnya, Bripka RE mengamankan seorang pelaku berinisial FZ dengan barang bukti senjata tajam.

Baca Juga: Bak Kerasukan Setan, Polisi Rangga Tembak Seniornya Sesama Polisi 7 Kali Dor, Ini Penyebabnya

Humas Polisi
Humas Polisi

Brigadir Rangga Tianto tersangka penembak Bripka Rahmat Effendi, anggota SPK Polsek Cimanggis Depok.

Tak lama, orang tua FZ datang ke kantor Polsek Cimanggis didampingi Brigadir RT dan Brigadir R.

Kedua polisi yang datang bersama orang tua FZ meminta Bripka RE untuk melepaskan FZ.

"Mereka meminta FZ dibebaskan, namun ditolak oleh Bripka RE," kata Argo saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (26/7/2019).

Namun, permintaan itu ditolak oleh Bripka RE karena kasusnya sudah ditangani kepolisian.

Pada saat itu, Brigadir RT menganggap penolakan yang dilakukan Bripka RE sedikit dengan nada kasar.

Tak terima dengan penolakan yang dilontarkan dengan nada kasar, Brigadir RT pun tersulut emosinya.

Ia mengajak Bripka RE ke sebuah ruangan yang bersebelahan dengan ruangan Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Cimanggis.

Ia pun mengambil sebuah senjata api jenis HS 9, pistol genggam semi otomatis kaliber 9 milimeter yang merupakan senjata standar anggota Polri dan menghabisi rekannya

Bak kerasukan setan, Brigadir RT menembak Bripka RE secara membabi buta hingga tujuh kali tembakan.

Baca Juga: Ini Pesan Terakhir Bripka Rahmat Sebelum Ditembak oleh Juniornya Sesama Polisi, Sebut-sebut Anaknya

TribunJakarta.com/Bima Putra
TribunJakarta.com/Bima Putra

Rumah duka Bripka RE di Tapos, Depok, Jumat (26/7/2019).

Ketujuh peluru tembakan itu bersarang di bagian dada, leher, paha, dan perut Bripka RE.

Pada saat itu juga, Bripka RE meninggal di tempat kejadian perkara (TKP).

"Lalu, dia (Brigadir RT) menembak Bripka RE sebanyak tujuh kali tembakan pada bagian dada, leher, paha, dan perut," ungkap Argo.

Jenazah Bripka RE telah dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur untuk keperluan otopsi.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono membenarkan peristiwa penembakan oleh Brigadir RT (32) terhadap Bripka RE (41).

Menurut Argo Yuwono, saat ini pelaku penembakan sudah diamankan pihaknya dan dalam pemeriksaan Propam Polda Metro Jaya.

"Kejadian tersebut betul adanya," kata Argo Yuwono, Jumat (26/7/2019).

Saat ditanya apakah kronologi peristiwa seperti uraian laporan polisi yang beredar, Argo Yuwono mengiyakannya.

"Ya, betul seperti itu," ucap Argo Yuwono.

Ia juga menyebutkan bahwa pelaku sudah diamankan.

Baca Juga: Bukannya Diapresiasi Kades Inovatif Ini Justru Ditangkap Polisi, Diduga Ada Sesuatu yang Tak Wajar di Balik Penangkapannya

Sementara itu, seperti yang dilansir dari Wartakotalive.com, Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilai, tembakan yang sedemikian banyak dilepaskan Brigadir RT, sangat mengundang tanda tanya.

"Menjadi penting diketahui apa isi pembicaraan mereka. Karena boleh jadi ada sesuatu yang membuat emosi naik tajam," papar Reza kepada Wartakotalive, Jumat (26/7/2019).

"Kalau sebatas bicara nada agak keras, itu sepertinya biasa dalam komunikasi di lembaga semacam kepolisian. Apalagi dalam konteks senior (Bripka) dan yunior (Brigadir)," sambungnya.

Selain itu, kata dia, juga penting diketahui apakah pelaku saat itu dalam pengaruh narkoba atau tidak.

"Juga relevan untuk mengecek kemungkinan adanya pengaruh narkoba," tambah Reza.

Jenazah korban pun telah dibawa di rumah duka kediaman almarhum.

Tangis putra Bripka RE dan keluarga pun menyelimuti kediaman korban.

Putra Bripka RE yang berinisal VT pun tak henti menangis hingga matanya sembab.

"Dari semalam VT nggak berhenti nangis, saya sampai nggak tega lihatnya," kata Toni kerabat dekat yang sudah bagaikan saudara bagi keluarga korban di Perumahan Tapos Residences, Cimanggis, Kota Depok, Jumat (26/7/2019).

(Youtube)
(Youtube)

Istri almarhum Bripka RE menangis di peti jenazah suaminya di Depok.

Baca Juga: Viral Video Seorang Pemuda yang Malah Ngegas Saat Akan Ditilang Polisi, Netizen: 'Sudah Salah Malah Ngotot'

Melansir dari TribunJakarta.com, dikabarkan VT sempat menangis histeris dan berteriak-teriak memanggil almarhum ayahnya.

"Ya Allah papa ya Allah papa, tengokin VT terus papah, papah tengokin VT," teriak VT histeris sembari digendong anggota keluarga korban yang lainnya.

Bocah malang yang diketahui baru akan masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini tak rela ayahnya pergi untuk selama-lamanya.

"Nggak mau, aku mau liat papah sekarang, papah nggak mau aku nggak rela papah pergi," ujar VT histeris.

Artikel ini telah tayang di GridHot.ID dengan judul: Menangis Histeris Tak Rela Ayahnya Tewas Ditembak Rekan Sesama Polisi, Putra Bripka RE Ucapkan Permintaan Terkhirnya Pada Sang Papa

Editor : Adrie P. Saputra

Baca Lainnya