Ini Pesan Terakhir Bripka Rahmat Sebelum Ditembak oleh Juniornya Sesama Polisi, Sebut-sebut Anaknya

Jumat, 26 Juli 2019 | 17:11
Humas Polisi

Bripka Rahmad Efendy yang ditembak juniornya sendiri.

Suar.ID -Kejadian mengenaskan terjadi di ruang SPK Polsek Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Di situ, Bripka Rahmat Effendi tewas ditembak juniornya sendiri di Polsek Cimanggis Depok.

Dia ditembak sebanyak tujuh kali oleh Brigadir Rangga Tianto.

Brigadir Rangga menembak Bripka Rahmat di bagian dada, leher, paha, dan perut.

Baca Juga: Kisah Wanita yang 12 Tahu Jadi Pelacur, Mengaku Pernah Layani Lebih dari 10 Ribu Pria dan Bocorkan Mengapa Mereka Masih Suka Jajan Walau Beristri Cantik

Akibatnya, Bripka Rahmat tewas seketika di tempat kejadian.

Seperti disebut di awal, kejadian tersebut terjadi di ruang SPK Polsek Cimanggis Depok.

Irjen Zulkarnain Adinegara mengatakan kalau Brigadir Rangga melanggar tiga aturan utama.

Pertama menghilangkan nyawa Bripka Rahmat Efendy.

Kedua pelanggaran disiplin sebagai anggota polisi karena membawa senjata dalam kondisi tidak berdinas.

Ketiga pelanggaran etika profesi karena menghilangkan nyawa seseorang.

Dikutip dari Wartakota, pihak keluarga masih tak percaya harus kehilangan sosok Bripka Rahmat sebagai kepala keluarga.

Putra Bripka Rahmat yang berinisial VT disebut tak berhenti menangis melihat jasad ayahnya.

Baca Juga: Kriss Hatta Kembali Meringkuk Ke Penjara, Pelapor Tak Akan Cabut Laporannya Meski Sang Ibu Merengek Sambil Menangis!

Toni selaku kerabat dekat korban mengaku tak tega melihat tangis keluarga yang berduka.

"Dari semalam VT gak berhenti nangis, saya sampai gak tega lihatnya," kata Toni kerabat dekat yang sudah bagaikan saudara bagi keluarga korban di Perumahan Tapos Residences, Cimanggis, Kota Depok, Jumat (26/7/2019).

VT disebut sempat berteriak menangis histeris memanggil almarhum ayahnya.

VT diketahui baru akan masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini tak rela ayahnya pergi untuk selama-lamanya.

Dikutip dari Tribun Jakarta, Toni kemudian mengatakan kalau Bripka Rahmat merupakan sosok yang tegas dengan jiwa sosial tinggi.

"Beliau itu tegas banget, jiwa sosialnya tinggi. Rutin menyantuni anak yatim juga, ya Allah saya kehilangan banget," kata Toni.

Toni kemudian menceritakan permintaan terakhir Bripka Rahmat kepada dirinya.

Permintaan tersebut adalah untuk mengantarkan putranya yang baru masuk SMP sekolah.

Toni berjanji akan memenuhi permintaan terakhir almarhum.

Baca Juga: Bukannya Diapresiasi Kades Inovatif Ini Justru Ditangkap Polisi, Diduga Ada Sesuatu yang Tak Wajar di Balik Penangkapannya

"Bakal saya lakuin, yang dimaksud antar anaknya sekolah itu yang cowok kan baru masuk SMP soalnya. Dari semalam juga dia nangis terus gak rela ayahnya pergi," ujarnya.

Penyebabnya akhirnya terungkap

Penyebab polisi tembak polisi akhirnya terungkap.

Brigadir Rangga Tianto menembak Brigadir Kepala Rahmat Effendi di kantor Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Berdasarkan hasil penyidikan, Brigadir Rangga Tianto (RT) tembak Brigadir Kepala Rahmat Effendi (RE) karena emosi.

Menurut Kabid humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono, Brigadir RT emosi lantara permintaannya agar pelaku tawuran tidak diproses hukum tidak digubris Bripka RE.

"Mereka meminta FZ dibebaskan, namun ditolak oleh Bripka RE," kata Argo Yuwono, Jumat (26/7/2019).

Brigadir RT merasa penolakan yang disampaikan Bripka RE bernada kasar.

Baca Juga: Mengetahui Deddy Corbuzier Mualaf dan Temui Ma'aruf Amin, Inilah Respon Sang Ibu!

"Lalu, dia (Brigadir RT) menembak Bripka RE sebanyak tujuh kali tembakan pada bagian dada, leher, paha, dan perut," ungkap Argo Yuwono.

FZ sendiri adalah pelaku tawuran dengan barang bukti celurit yang diamankan oleh korban, Bripka RE.

Brigadir RE datang bersama orangtua FZ meminta pelaku tawuran itu tidak diproses hukum, tetapi ditolak.

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya