SUAR.ID - Telah memiliki satu orang anak yang menggemaskan dan kini tengah hamil anak kedua, siapa sangka Sandra Dewi pernah mengalami masa-masa sulit tentang kehamilannya.
Artis yang satu ini membeberkan rahasia miliknya yang selama ini belum diketahui publik.
Dilansir dari Grid.id (26/6/2019), Hal itu disampaikan Sandra Dewi dalam sebuah acara perilisan buku.
Ternyata, Raphael Moeis merupakan anak dari kehamilan keduanya, sementara kehamilan pertama Sandra Dewi gagal karena masalah kandungan.
Baca Juga: Terungkap Sudah, Inilah Sumber Kekayaan dari Suami Sandra Dewi
Saat itu ia mengalami apa yang disebut dengan blighted ovum atau janin tidak berkembang.
Diakui oleh istri Harvey Moeis ini bahwa pengalaman buruknya itu sempat membuatnya khawatir.
Apalagi saat Sandra Dewi menyadari bahwa ia mengalaminya di usia yang tak lagi muda.
Pengalaman itu juga sempat membuat Sandra Dewi khawatir akan susah memiliki anak.
"Saya hamil telat, usia 33 tahun. Jadi kan banyak bilang kalau tua punya anak susah. Saya nggak tau saya pengen banget punya anak saya pengen cepet."
"Saya nikah awal November, selesai mens, saya honeymoon, pulang ke rumah Desember saya positif, saya awal Desember hamil awal bulan pas christmast."
"Ternyata janinnya nggak berkembang, itu bukan ngelahirin tapi mengeluarkan janin yang tidak berkembang," ungkap Sandra Dewi saat ditemui Grid.ID di Gramedia Matraman, Jakarta Timur, Rabu (26/6/2019).
"Langsung stress, mana saya umurnya udah tua, wah hancur dunia rasanya," lanjutnya.
Sandra Dewi sendiri belum mengetahui apa yang membuat janinnya saat itu tidak berkembang.
"Dan memang nggak ada yang bisa ngejelasin kenapa saya mengalami kegagalan pertama, blighted ovum, karena memang itu terjadi, di antara 3 ibu hamil ada 1 yang seperti itu," jelas Sandra Dewi.
Lalu, bagaimana menurut pakar kandungan?
Dikutip dari Kompas.com, Konsultan kesehatan kandungan dan kebidanan di Moolchand Fertility & IVF New Delhi India, Dr. Shweta Gupta, mengatakan bahwa kehamilan yang terlambat tidak selamanya buruk dan berisiko bagi perempuan.
Hal itu karena kini kemajuan iptek juga telah merambah ke bidang perawatan prakonsepsi dan prenatal.
Dengan kemajuan ilmu kedokteran, perawatan yang baik sebelum melahirkan, dan pemeriksaan rutin selama kehamilan, maka resiko kesehatan pada wanita hamil di usia 30-an dapat dihindarkan.
Selain itu, wanita yang hamil di usia 30-an tak perlu terlalu khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan buruk tentang kehamilan di usia tersebut seperti resiko down syndrome.
Karena menurut konsultan kesehatan kandungan dan kebidanan yang satu ini, mayoritas bayi yang lahir dari usia lanjut umumnya normal.
Meskipun memang risiko down syndrome meningkat seiring dengan bertambahnya usia wanita.
Ia menganjurkan untuk para ibu yang hamil di usia tua untuk melakukan pemeriksaan antenatal anomali.
Menjaga diri selama kehamilan juga akan mengurangi risiko masalah kandungan pada wanita usia 30-an.
Diantaranya memenuhi nutrisi selama prakonsepsi dan awal kehamilan, imunisasi rubella atau campak, olahraga teratur, menjaga berat badan, berhenti merokok, dan pemeriksaan medis sebelum merencanakan kehamilan.
Baca Juga: Minta Maaf dengan Suara Bergetar, Bupati Wondama Menyesal Telat Kirim Helikopter untuk Mantri Patra