Suar.ID - Penyaliban merupakan salah satu bentuk eksekusi yang terkejam yang pernah ada di dunia.
Esensi dari penyaliban bukanlah kematian itu sendiri, melainkan penderitaan saat menjelang kematian.
Dengan demikian, kematian merupakan suatu hal yang sangat diinginkan oleh orang yang disalib.
Berbeda dengan cara eksekusi terpidana mati pada masa sekarang, proses penyaliban memerlukan waktu yang relatif lama sehingga saat-saat penderitaanpun menjadi panjang.
Baca Juga : Lihai Meloloskan Diri dari Hukuman, Inilah 5 Penjahat Paling Pintar dalam Sejarah
Dibandingkan hukuman gantung, kursi listrik, suntikan mati, kamar gas, tembak mati, pancung, dan sebagainya, yang hanya membutuhkan waktu beberapa detik saja menjelang kematian, penyaliban membutuhkan waktu berjam-jam.
Penyaliban, diduga diciptakan oleh orang-orang Persia pada tahun 300 SM, dan disempurnakan oleh orang-orang Romawi pada tahun 100 SM.
Penyaliban adalah salah satu bentuk hukuman yang diterapkan dalam Kekaisaran Romawi, dan tokoh yang paling terkenal karena hukuman salib oleh pemerintah Romawi adalah Yesus Kristus.
Pada zaman Yesus Kristus, para pemberontak dan pelaku kriminal dihukum dengan cara disalib.
Baca Juga : Keluarga Steve Emmanuel Buka Suara, Sang Adik Karenina Sunny Menangis Tahu Kakaknya Terancam Hukuman Mati
Jutaan orang Kristiani pada hari Jumat Agung (menjelang hari Paskah), mengenang tentang penderitaan Yesus Kristus dan wafat-Nya di kayu Salib sebelum merayakan hari kebangkitan dari kematian-Nya pada hari paskah.
Dalam Kristiani, diyakini bahwa Yesus Kristus rela untuk disalib demi menebus dosa-dosa manusia.
Berikut ini detail-detail anatomi dan fisiologi kematian akibat penyaliban yang dikumpulkan dalam penyelidikan Dr. C. Truman Davis, yang dipublikasikan di New Wine Magazine:
1. Penyaliban adalah kematian yang paling menyakitkan yang pernah diciptakan manusia, dari mana kita mendapatkan istilah excruciating ("siksaan yang luar biasa").
2. Penyaliban memberi "jaminan" akan kematian yang mengerikan, lambat, dan menyakitkan. Setelah dipaku di kayu Salib, korban penyaliban mendapatkan posisi anatomi yang mustahil untuk dipertahankan.
3. Lutut korban penyaliban ditekuk sekitar 45 derajat, dan Dia dipaksa menanggung berat badannya dengan otot-otot pahanya, yang bukan merupakan posisi anatomi yang mungkin untuk dipertahankan selama lebih dari beberapa menit tanpa mengalami kram parah pada otot-otot paha dan betis.
4. Berat badan korban penyaliban ditanggung di kakinya, dengan paku yang dipasakkan menembus kaki-kakinya. Sementara kekuatan otot-otot paha dan betis korban penyaliban melemah karena kelelahan, berat tubuhnya harus dipindahkan ke pergelangan tangannya, lengannya, dan bahunya.
Baca Juga : Mulai Hari Ini, Brunei Membawa Hukuman Mati dengan Cara Dirajam untuk Homoseksualitas
5. Dalam beberapa menit setelah dipakukan di kayu Salib, bahu-bahu korban penyaliban dislokasi (terlepas).
6. Beberapa menit kemudian siku-siku dan pergelangan tangan korban penyaliban dislokasi.
7. Akibat dislokasi ekstremitas (anggota tubuh) bagian atas ini adalah bahwa lengannya 23 cm lebih panjang dari ukuran normalnya.
8. Setelah kedua pergelangan tangan korban penyaliban, siku dan bahunya dislokasi, berat tubuhnya pada tungkai atasnya menyebabkan gaya-gaya tarikan pada otot-otot Pectoralis Mayor dari rongga dadanya.
9. Gaya-gaya tarikan ini menyebabkan tulang rusuknya tertarik ke atas dan ke arah luar, dalam kondisi yang paling tidak wajar.
10. Rongga dadanya secara permanen berada dalam posisi inspirasi (tarikan) pernapasan maksimal.
11. Untuk mengeluarkan napas, korban penyaliban secara fisiologis harus memaksa tubuhnya.
12. Untuk mengeluarkan napas, korban penyaliban harus mendorong paku di kakinya untuk mengangkat tubuhnya, supaya memungkinkan tulang rusuknya bergerak ke bawah dan ke dalam untuk mengeluarkan udara dari paru-parunya.
Baca Juga : Brunei Terapkan Hukuman Rajam Hingga Tewas Terhadap Homoseksual, Begini Reaksi Kaum Gay
13. Tidak seperti semua film-film Hollywood tentang penyaliban dimana sang aktor diam tak bergerak, korban penyaliban sesungguhnya akan bergerak sangat aktif. Korban yang disalibkan itu secara fisiologis dipaksa untuk bergerak ke atas dan ke bawah pada tiang Salib, dengan jarak sekitar 30 cm, hanya supaya bisa bernapas.
14. Proses respirasi (pernapasan) menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, dicampur dengan teror mutlak asphyxia (sesak napas).