5 Fakta Maria Walanda Maramis, Pahlawan Perempuan Indonesia yang Hari Ini Muncul di Google Doodle

Sabtu, 01 Desember 2018 | 16:51
Google Doodle

Maria Walanda Maramis yang hari ini jadi Google Doodle

Suar.ID -Google Doodle hari ini, Sabtu (1/12), dihiasi oleh sosok Maria Walanda Maramis.

Pada 20 Mei 1969, perempuan Minahasa kelahiran Kema, Sulawesi Utara, ini diberi gelar Pahlawan Pergerakan Nasional oleh Pemerintah Indonesia.

Untuk lebih jauh mengela perempuan kelahiran 1 Desember 1872 ini, kami memberikan beberapa faktanya tentangnya.

Baca Juga : Hari AIDS Sedunia: Putri Diana yang Mengubah Pandangan Dunia Terhadap AIDS

Dibesarkan pamannya

Maria Walanda terlahir dengan nama Maria Josephine Catherine Maramis dari pasangan Maramis dan Sarah Rotinsulu.

Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara.

Seperti dilaporkan VOA Indonesia, bersama tiga saudaranya, Maria dibesarkan oleh pamannya setelah orangtuanya meninggal dalam selang waktu berdekatan.

Dia dan saudara perempuannya, Antje, hanya mengikuti pendidikan dasar karena mereka perempuan.

Di sisi lain, saudara laki-laki mereka, Andries, menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Mulai menulis ketika pindah ke Manado

Maria kemudian pindah ke Manado. Di sana dia mulai menulis di kolom sebuah surat kabar lokal Tjahaja Siang.

Baca Juga : Sekelompok Punk Sengaja Suntikkan Virus HIV ke Tubuh Sendiri Demi Mendapatkan Kedamaian dan Kebebasan

Tulisan-tulisannya menggarisbawahi pentingnya peran ibu, yang senantiasa berjuang guna memastikan pendidikan dan layanan kesehatan, serta kesejahteraan keluarga.

Pada 1917 ia mendirikan sebuah organisasi yang memusatkan perhatian pada isu-isu ini.

PIKAT, begitulah organisasi tersebut di beri nama, yang merupakan akronim dari Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya.

Di organisasi tersebut, Maria mendidik para anggotanya untuk mengetahui keahlian dasar rumah tangga seperti memasak, menjahit, dan membesarkan anak-anak.

Seiring berkembangnya waktu, PIKAT akhirnya punya cabang di Jawa.

Mulai melirik dunia politik

Maria Walanda mulai berpaling kedunia politik dengan fokus memperjuangkan hak-hak perempuan agar suara mereka didengar.

Untuk memuluskan visinya itu, ia bergabung dalam badan perwakilan Minahasa yang dikenal dengan Minahasa Raad.

Minahasa Raad awalnya hanya berisis para lelaki, tapi Maria berjuang keras agar perempuan bisa terlibat di badan tersebut.

Perjuangannya itu pun berbuah hasil. Pada 1921, pemerintah kolonial Hindia Belanda mengizinkan perempuan bisa ikut dalam pemilu.

Baca Juga : Klub Liga Inggris Ramai-ramai Ganti Foto Profil Media Sosial Bernuansa Pelangi

Jadi Pahlawan Nasional

Perjuangan Maria bagi emansipasi perempuan dalam dunia politik Indonesia, khususnya di Minahasa, diperingati setiap hari ulang tahunnya.

Sosoknya juga diabadikan dalam sebuah patung yang dibangun khusus untuk mengenang peran penting yang dimainkannya.

Patung itu terletak di Komo Luar, sekitar 15 menit dari pusat kota Manado ini.

Selain itu, aktivitasnya yang getol memperjuangkan hak-hak perempuan juga diganjar pemerintah engan memberinya gelar Pahlawan Nasional pada 1969.

Google Doodle pun mengakui jasanya

Tidak hanya pemerintah RI, Google Doodle juga mengakui jasa-jasa yang ditorehkan oleh Maria Walanda semasa hidupnya.

Hal ini bisa kita lihat jika membuka laman Google hari ini. Di sana terpampang sosok perempuan dalam bingkai oval, sementara di sekelilingnya dihiasi motif baik dengan tulisan Google di tengahnya.

Baca Juga : Perempuan Nomor 9, Kode PSK yang Kerap Disewa Jackie Chan di Masa Muda Dulu

Kita tahu, masih dari VOA Indonesia, Doodle merupakan salah satu aplikasi di dalam Google yang menghadirkan perubahan pada layar utama berikut informasi tentangnya.

Ini bukan kali pertama Google menjadikan tokoh Indonesia sebagai Doodle-nya.

Sebelumnya ada nama Dewi Sartika, RA Kartini, Ki Hajar Dewantara, Pramoedya Ananta Toer, dan Samaun Samadikun.

Google yang punya orang luar saja menghargai jasa-jasa mereka, mengapa kita yang sebangsa sendiri kadang melupakannya?

Editor : Moh. Habib Asyhad

Baca Lainnya