Suar.ID - Beberapa orang sering menanyakan tentang rencana Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) yang akan buyback Indosat.
Salah satu orang yang sempat menanyakan perihal ini adalahWakil Ketua DPR RI Fadli Zon.
Dia menagih janji Jokowi untuk segera membeli aset Indosat dari pihak asing yang dahulu di jual Megawati saat menjabat menjadi presiden.
Dilansir dari halaman DPR RI, dpr.go.id, Kamis (27/9/2018), hal ini diungkapkan Fadli usai menerima delegasi Relawan Warga Nasional di ruang kerjanya, komplek DPR, Senayan.
Baca Juga : Yuni Shara Unggah Foto Jokowi di Instagram: Dia Kerja untuk Kita, Bukan Kita Kerja untuk Beliau
Fadli menuturkan membeli aset Indosat kembali merupakan janji dari Jokowi saat berkampanye pada tahun 2014 lalu.
Menurut Fadli hal ini perlu ditanyakan kepada Jokowi.
Ia menuturkan hingga kini belum ada tanda bahwa Indosat akan dibeli kembali oleh Indonesia.
"Pengembalian Indosat harus ditanyakan kepada presiden. Ini salah satu janjinya pada 2004. Sekarang 2018 belum ada tanda-tanda Indosat akan kembali ke Indonesia," ungkap Fadli usai menerima delegasi Relawan Warga Nasional di ruang kerjanya, komplek DPR, Senayan, Kamis (27/9/2018).
Baca Juga : Puluhan Bakso Mendadak Gratis Demi Jokowi dan Bisa Dinikmati Siapa Saja yang Datang
Namun kini nampaknya secara tidak langsung Jokowi telah mempunyai jawaban yang membuat epic comebackterkait buyback Indosat.
Suatu ketika dalamsuatu sesi debat Pilpres 2014, Jokowi ingin agar satelit di Indonesia dioperasikan dan dikendalikan langsung oleh perusahaan telekomunikasi yang mayoritas dimiliki negara.
Bila telah dilakukan buyback, kata Jokowi saat itu, Indonesia dapat mengoperasikan pesawat tanpa awak dengan satelit sendiri dan bukan satelit yang dipinjam dari negara lain.
"Ke depan, kuncinya satu, kita buyback, ambil alih kembali saham Indosat," ujar Jokowi dalam debat capres putaran ketiga di Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (22/6/2014).
Namun ternyata untuk membeli kembali Indosat bukan hal yang dinilai cukup bagus.
Melansir dari bisnis.tempo.co, Guru Besar Fakuktas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali menyatakan saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memiliki saham Indosat walaupun itu janji pemerintahan Jokowi sebelumnya.
"Stop pembicaraan soal itu, karena itu merugikan kita," ujar Rhenald seusai acara bedah buku Dibalik Reformasi 1998 karya Laksamana Sukardi di Kampus UI, Depok, Selasa, 6 November 2018.
Mantan Menteri BUMN Laksamana Sukardi dalam buku yang ditulisnya juga membeberkan alasan penjualan Indosat pada era Presiden Megawati.
Baca Juga : Jokowi Dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu soal 'Kepemilikan Lahan' Prabowo
Menurut Rhenald, Jokowi tidak perlu membeli kembali Indosat karena sebelumnya ada syarat waktu itu bahwa ekonomi minimal sudah tumbuh 7 persen.
Syarat berikutnya harga yang ditawarkan oleh pemilik saham masuk kategori wajar.
"Kalau kita desak-desak, pasti harga akan mahal."
Tahun ini, nampaknya cita-cita Indonesia untuk mempunyai satelit sendiri terbayar sudah.
Negara Indonesia kini akan memiliki satelit yang perdana mengadopsi konsep High Throughput Satellite atau HTS dengan kapasitas puluhan Gigabyte per second atau Gbps.
Upaya mengoperasikan satelit tersebut, diluncurkan di luar negeri, di Amerika Serikat pada Jumat (21/2/2019) pagi.
Benda canggih ini diberinama Satelit Nusantara Satu.
Informasi yang diperoleh, Satelit Nusantara Satu ini memiliki kekuatan yang dahsyat, dibandingkan satelit yang sebelumnya.
Satelit ini punya jangkauan yang lebih agresif dalam hal internet broadband dengan harapan bisa semakin kuat dan terpancar secara meluas dengan maksimal.
Peluncuran Satelit Nusantara Satu ini dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN).
Satelit broadband pertama di Indonesia dengan teknologi High Throughput Satellite (HTS) ini lepas landas dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat menggunakan roket Falcon 9 dari Space-X menuju slot orbit 146° BT tepat di atas Papua, Indonesia.
Baca Juga : Tak Mau Kalah dari Jokowi, Fadli Zon Juga Kunjungi Tambaklorok Kota Semarang
"Berkat kerja keras kita semua satelit nusantara I berhasil diluncurkan, sesuai dengan yang direncanakan. Sekarang sedang proses menempati slot orbitnya," ujar Direktur Jaringan PT PSN Heru Dwikantono di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Heru menambahkan, satelit tersebut meluncur sejak pukul 08.15 WIB tadi atau pukul 20.45 waktu Florida, Amerika Serikat.
Peluncuran Satelit Nusantara Satu disaksikan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatlka (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), perwakilan Kedutaan Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, dan seluruh pemangku kepentingan PSN yang hadir di Cape Canaveral.
"Diperlukan waktu sekitar 2 minggu untuk benar-benar berada dislot orbitnya. Setelah dislot orbitnya kita lakukan serangkaian tes, setelah itu satelit akan siap dimanfaatkan penyedia internet di Indonesia," kata Heru.
Heru menjelaskan, Satelit Nusantara Satu Memiliki kapasitas 26 transponder C-band dan 12 transponder Extended C-band serta 8 spot beam Ku-band dengan total kapasitas bandwidth mencapai 15 Gbps.
Cakupan C-band dan Extended C-band satelit tersebut meliputi wilayah Asia Tenggara, sementara untuk Ku-Band meliputi seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari 8 Spot Beam pada sistem HTS.
Selain itu, satelit yang diproduksi oleh Space System Loral (SSL) ini menggunakan platform SSL-1300-140 yang sanggup mengorbit selama lebih dari 15 tahun.
Satelit ini memiliki berat ketika peluncuran mencapai 4.100 kilogram.
Baca Juga : Jokowi Ajak Iriana dan Kaesang Jenguk Ani Yudhoyono di Singapura, Disambut AHY dan Hatta Rajasa
Dengan beroperasinya Nusantara Satu dinilai akan sangat bermanfaat bagi masyarakat di berbagai pelosok daerah dengan mendapatkan akses teknologi informasi.
Satelit Nusantara Satu akan digunakan untuk keperluan Pemerintah yang akan menyebarluaskan internet ke berbagai desa di Indonesia.
Selain itu, satelit tersebut juga digunakan untuk memperkuat Iayanan ritel PSN melalui produk Ubiqu dan Sinyalku.
Heru menjelaskan, saat ini sudah sekitar 3 ribu desa telah terkoneksi dengan Ubiqu.
Diharapkan pada akhir 2019, 10 ribu desa telah terkoneksi Ubiqu.
"Kami memiliki Ubiqu dan Sinyalku dengan cakupan mulai dari ujung barat Sumatera hingga ujung timur Papua dari ujung utara Sulawesi hingga ujung selatan Nusa Tenggara."
"Karena Ubiqu menggunakan satelit, jadi dapat dipasang di mana saja di seluruh Indonesia, baik di kota, di desa, daerah pegunungan, kepulauan, bahkan dapat melayani hingga ke daerah pelosok atau remote area," kata Heru.