U-2 harus diterbangkan dengan hati-hati dengan terus mengamati indikator karena rentang kecepatan optimal dan stall speed U-2 hanya 10 knot.
Akibatnya, pilot harus konstan menjaga batas atas kecepatannya. Pesawat ini juga sangat sukar dikendalikan pada saat mendarat.
Bentang sayapnya yang lebar memberikan gaya angkat yang membuatnya susah menyentuh bumi.
Kamera pada U-2 disediakan oleh James Baker yang membuat Oblique camera.
Kamera itu didesain khusus sehingga U-2 dapat menangkap imaji dari arah samping, tanpa perlu melintas langsung di atas objek yang hendak diintai.
Kamera ini bisa menangkap objek sepanjang 1 meter dari jarak 18 km.
Baca Juga : Kopassus Pernah Menyamar sebagai Pengawal Presiden Filipina untuk Melindunginya dari Kudeta
Jadi terbayang seberapa hebatnya sistem yang terpasang pada U-2.
Majalah Angkasa pernah memberitakan, U-2 sempat mengintai di atas Indonesia sebagai bahan analisis data untuk menekan Belanda dalam perundingan New York saat memperebutkan Irian.
Pada kenyataannya, berdasarkan dokumen-dokumen CIA yang dirilis ke publik lewat Freedom of Information Act (FOIA), sang naga hitam itu rupanya sangat sering terbang di atas Indonesia!
Tidak percaya?
Dalam laporannya kepada Direktur CIA tertanggal 25 Juli 1962, Deputi Direktur Riset CIA melaporkan bahwa U-2 dalam proyek khusus berkode IDEALIST sudah menjalankan 29 sorti (beberapa laporan lain menyebutkan 30, dan ada yang 31 sorti) di atas Indonesia.